KONTEKS.CO.ID – Gempa bumi Gresik memaksa ribuan warga Jawa Timur masih tinggal di pengungsian hingga saat ini. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Dr. Daryono, membeberkan sejumlah fakta gempa bumi Bawean di Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada Jumat, 22 Maret 2024.
Hingga Senin pagi, 25 Maret 2024, pukul 06.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 262 rangkaian gempa susulan di kawasan Bawean, Gresik. Namun, jumlahnya sudah jarang.
“Gempa Bawean mulai jarang terjadi, sejak tadi malam. Sudah mulai banyak jam- jam nihil gempa,” kata Daryono seperti dikutip pada Senin, 25 Maret 2024.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan 10 fakta gempa bumi Bawean, Gresik, Jawa Timur, dengan kekuatan M 5,9 dan M 6,4 yang terjadi pada hari yang sama.
Berikut 10 fakta gempa bumi Bawean:
- Gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser/mendatar (strike-slip) di Laut Jawa.
- Gempa bumi merusak/ destructive, dengan dampak kerusakan di Pulau Bawean, Gresik, Sidoarjo, Tuban, Surabaya, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru.
- Gempa bumi dengan guncangan spektrum luas, dirasakan Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo. Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen.
- Berdasarkan pemodelan tsunami BMKG dan monitoring muka laut dari Badan Informasi Geospasial (BIG) Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan Gempabumi Bawean tidak berpotensi tsunami.
- Berpusat di zona aktwitas kegempaan rendah (low seismicity).
- Berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus. Wilayah Laut Jawa utara Jawa Timur. Hal ini membuktikan jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sehingga kita harus waspada terhadap sesar aktif dasar laut dekat Pulau Bawean tersebut.
- Dipicu reaktivasi sesar tua. Episenter kejadian semakin jarang. Gempa bumi Bawean terletak pada jalur Sesar Muria yang berada di laut (Lunt, 2019), yang merupakan bagian dari Jatur Sesar Tua Pola Meratus, di mana salah satu jalur sesar Pola Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa.
- Memiliki”susulan”dengan magnitudo lebih besar (M6,5)dari gempa pertama (M5,9). Karena asperity (bidang bakal geser di bidang sesar) yang ukurannya lebih besar (M6,5) mengalami pecah belakangan, antaranya akibat tekanan gempa pertama (M5,9).
- Hasil monitoring BMKG hingga Minggu pagi (25 Maret 2024 pukul 09.00 WIB, tercatat sebanyak 263 kali gempa, dengan frekuens semakin jarang.
- Ancaman gempa merusak di Jawa Timur berasal dari sumber gempa subduksi lempeng/megathrust di selatan, sesar-sesar aktif di daratan, dan sumber-sumber gempa di Laut Jawa di utara Jawa Timur.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"