KONTEKS.CO.ID – Gempa bumi yang terjadi di Garut, Jawa Barat, dengan parameter update berkekuatan magnitudo M6,2, bukan gempa megathrust yang berpusat di bidang kontak antar lempeng.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, gempa ini dipicu karena pecahnya batuan dalam Lempeng Indo-Australia yang menunjam.
“Karena tersubduksi ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Jabar, gempa ini populer disebut sebagai Intraslab Earthquake,” ujar Daryono kepada konteks.co.id pada Minggu, 28 April 2024.
Daryono menambahkan, gempa selatan Jabar ini tidak memunculkan banyak gempa susulan. Tercatat hanya satu kali terjadi gempa susulan pada pukul 23.45 WIB, setelah gempa pertama.
“Hanya satu gempa susulan (aftershock): magnitudo 3.1, pada Kedalaman 19 kilometer,” katanya.
“Karakteristik batuan slab pada Lempeng Samudra Indo-Australia yang elastik atau ductile, menjadi penyebab Gempa Jabar M6,2 ini “miskin” gempa susulan (lack of aftershock),” kata Daryono lagi.
Sementara hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, bahwa gempa Jabar M6,2 memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault dengan solusi moment tensor NP1, Strike 88.3 Dip 42.1, Rake 133.9, dan NP2 Strike 16.0 Dip 61.1, Rake 57.9.
Gempa ini dipastikan tidak berpotensi tsunami. Kepastian ini diperoleh dari hasil momnitoring Tide Gauge BIG di Pantai Tasikmalaya dan Cilacap. Dari dua pantai ini tidak menunjukkan adanya anomali muka laut alias normal-normal saja.
“Kepada masyarakat terdampak gempa Selatan Jawa Barat M6,2, dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sangat kecil terjadi gempa susulan signifikan.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"