KONTEKS.CO.ID – Kegaduhan yang terjadi saat anggota Densus 88, Iqbal Mustofa menguntit seorang Jampidsus Kejagung telah menarik perhatian publik.
Hal itu terjadi setelah seorang anggota Densus 88 tertangkap berinisial IM berpangkat Bripda dan menyamar sebagai karyawan BUMN berinisial HRM.
Penangkapan tersebut karena lebih dari 5 personel polisi dengan pakaian preman melakukan penguntitan terhadap Jampidsus Febrie Adriansyah.
Saat itu Febrie sedang melakukan aktivitas makan malam pribadi di salah satu restoran di kawasan Cipete, Jakarta Selatan (Jaksel).
Namun secara mendadak di media sosial beredar foto Bripda IM, personel Densus 88 Antiteror Polri yang tertangkap polisi militer, sedang menjalani pemeriksaan di ruang Jampidsus Kejagung.
Media sosial (medsos) jadi semakin heboh setelah KTP dan tanda pengenal Bripda IM juga beredar.
Bripda IM ditahan di ruang khusus Jampidsus Kejagung untuk diinterogasi maksimal.
Sosok Iqbal Mustofa Anggota Densus 88
Pada Jumat, 24 Mei 2024, anggota Densus 88 yang tertangkap itu bernama Iqbal Mustofa.
Iqbal lahir di Kota Tegal, 29 Juni 1999 dan beralamat di Jalan Ir. Juanda GG, Magetan, No. 2, Kalinyamat Wetan, Tegal Selatan.
Saat penangkapan, Iqbal juga memiliki kartu identitas sebagai karyawan BUMN Telkom dengan nama samaran Raka Maheswara.
Iqbal Mustofa juga memegang kartu anggota Densus 88 AT Polri berpangkat Bripda.
Penangkapan terjadi ketika polisi militer yang mengawal Febrie merasa curiga dengan kehadiran dua orang yang diduga anggota Densus 88.
Mereka datang sesaat setelah Febrie tiba di restoran.
Keduanya masuk restoran dengan berjalan kaki dengan mengenakan pakaian santai dan pakai masker.
Saat berada tak jauh dari posisi Febrie, dua anggota Densus 88 itu mengarahkan sebuah alat yang kemungkinan sebagai perekam ke arah ruangan tempat Febrie berada.
Mengetahui hal itu, polisi militer yang mengawal Febrie langsung bergegas merangkul dan membawa satu orang anggota Densus 88 menjauh dari restoran untuk interogasi.
Sementara itu, satu anggota Densus 88 lain yang turut menguntit Febrie lolos.
Sumber yang mengetahui kejadian tersebut mengatakan tak ada keributan yang terjadi.
Selain dua orang yang masuk ke restoran, ternyata ada beberapa orang lain yang terlihat memantau Febrie Adriansyah dari luar.
Setelah penangkapan tersebut, Febrie menghubungi Kabareskrim Polri untuk meminta penjelasan.
Namun, Kabareskrim Polri, Komjen Wahyu Widada, mengklaim tidak mengetahui apa pun dan meminta agar anggota Densus itu bebas.
Namun Febrie menolak melepaskannya. Dia melaporkan kejadian ini kepada Jaksa Agung ST Burhanuddin, yang kemudian menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Setelah perbincangan antara para pimpinan penegak hukum tersebut lalu Paminal menjemput anggota Densus 88.
Lalu tim Jampidsus mengambil alih seluruh data di telepon seluler anggota Densus 88 itu.
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Ketut Sumedana menegaskan bahwa Jampidus Febrie Adriansyah saat ini dalam keadaan baik-baik saja.
“Saya saja enggak ngerti itu. Sampai saat ini saya belum dapat informasi yang jelas. Jampidsus enggak apa kok. Ada dia. Enggak masalah,” kata Ketut Sumedana pada Jumat, 24 Mei 2024.
Konvoi Personel Berseragam Hitam-Hitam
Menyusul penangkapan tersebut, pada Senin, 20 Mei 2024 malam terjadi peristiwa konvoi personel kepolisian dengan seragam hitam-hitam.
Membawa senjata laras panjang, berboncengan mengendarai sekitar sepuluh motor trail di kawasan kompleks Kejagung di Bulungan dan Blok M, Jaksel.
Personel seragam hitam-hitam juga membawa serta satu kendaraan taktis lapis baja, antihuru-hara.
Konvoi personel hitam-hitam dengan senjata laras panjang itu sengaja berhenti di pintu utama gerbang barat Kejagung di Jalan Bulungan.
Konvoi tersebut berhenti lama sekitar 10 menit dengan menyalakan sirene dan berteriak-teriak.
Petugas Pengamanan Dalam (Pamdal) Kejagung yang berjaga-jaga di pintu barat tersebut memilih untuk menutup cepat gerbang.
Konvoi seragam hitam-hitam tersebut melanjutkan aksinya dengan mengitari kompleks Kejakgung sebanyak 3-4 kali melalui Jalan Bulungan ke arah Jalan Panglima Polim kawasan Blok M.
Tidak ada peristiwa fisik pada kejadian Senin malam itu.
Tetapi sepanjang Selasa, 21 Mei 2024 di Kejagung terlihat terjadi peningkatan jumlah personel keamanan berseragam Mabes TNI.
Bahkan satuan Pamdal mengenakan rompi antipeluru.
Di Kejagung selain memiliki satuan pamdal internal, sejak 2022 pasca masifnya penanganan kasus korupsi dari Jampidsus Kejagung juga meminta bantuan Mabes TNI untuk menerjunkan personel dalam melakukan pengamanan.
Sejak saat itu, sering terlihat anggota POM dari Angkatan Darat (AD) maupun AL sering berjaga-jaga di kompleks Kejagung.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"