KONTEKS.CO.ID – Peluncuran buku “75 Tahun Bang Palar Batubara, Jiwa Sang Patriot” pada Minggu 11 Agustus 2024 membuktikan sepak terjang politikus senior Partai Golkar sekaligus alumni GMNI, Palar Batubara.
Banyak tokoh nasional bersedia memberikan testimoni dan kesaksiannya terhadap kiprah panjang seorang Palar Batubara.
Buku itu membuktikan bahwa karier politiknya pun mewarnai pasang surut pergulatan kebangsaan Indonesia. Mulai dari era Orde Baru hingga Orde Reformasi.
Inilah benang merah kesaksian para tokoh nasional saat meluncurkan buku “75 Tahun Bang Palar Batubara, Jiwa Sang Patriot”.
Turut hadir memberikan testimoni antara lain mantan Menakertrans Siswono Yudohusodo, budayawan Erros Djarot, aktivis senior Hariman Siregar, Sekjen PA GMNI Abdy Yuhana, hingga aktor senior Roy Marten.
“75 Tahun Bang Palar Batubara, Jiwa Sang Patriot” adalah semacam buku biografi yang tertuangkan lebih ringkas berdasarkan perjalanan hidup seorang politisi bernama Palar Batubara.
Politikus Senior Golkar Theo L Sambuaga berpendapat, rekam jejak dan pemikiran Palar Batubara terharapkan mampu menjadi inspirasi bagi anak-anak muda. Terkhusus dalam konteks politik kebangsaan.
“Semoga buku yang Bung Palar tulis dapat kita baca dan menjadi referensi bagi para anak muda penerus bangsa ini,” tulis Theo dalam testimoninya.
Palar Batubara dan Jiwa Kritis
Di kesempatan yang sama, Abdy Yuhana memuji pemikiran Palar Batubara yang selalu kritis.
“Meski Bang Palar berada di Golkar, setiap pemikirannya Bang Palar tetap menyampaikan pemikiran pemikiran seorang Sukarnois. Selamat Bang Palar yang terus konsisten, dalam menjalankan cita-cita dan perjuangannya,” puji Abdy.
Palar Batubara adalah politikus dengan latar belakang aktivis dan organisastoris. Memasuki usia 75 tahun, sejak kelahirannya pada 11 Agustus 1949 di sebuah kampung kecil di Mariah Bandar, Pematang Bandar, Simalungun, Sumatera Utara.
Semasa mudanya selalu aktif, sejak SMA sampai mahasiswa aktif di organisasi pergerakan. Saat SMA di SMA Negeri IX Bulungan, Jakarta aktif di GSNI (Gerakan Siswa Naisional Indonesia). Kemudian saat mahasiswa, melanjutkan kegairahannya dalam pergerakan dengan masuk ke GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
Aktivitas dalam pergerakan mahasiswa di GMNI, lantas menggiringnya aktif di KNPI, Kosgoro sampai kemudian berlabuh ke Golkar. Sampai hari ini, Bang Palar, demikian panggilan akrab Palar Batubara, berada di Dewan Pakar Golkar yang sejak era reformasi telah menjadi Partai Golkar.
Suara rakyat yang tercermin dari hasil Pemilu 1999, menurut Bang Palar, tertelikung menjadi pertarungan politik antar elit yang akhirnya hanya menempatan PDIP sebagai Wakil Presiden.
Momen ini yang menurut Bang Palar, menjadi masalah awal dari reformasi dimana komposisi negara tidak mencerminkan suara rakyat melalui Pemilu 1999.
“Ibarat sebuah buku, demokrasi rakyat sebagai tuntutan inti dari gerakan reformasi, justru telah dirusak di halaman pertamanya,” sebutnya.
Di sepanjang bukunya, ia memberikan refleksi atas berbagai momen istimewa dalam kehidupannya. Semunya tersebar di dalam buku yang mencapai 200 halaman ini. Termasuk refleksi akhirnya di usia 75 tahun terhadap kondisi dan fenomena politik kekinian di Tanah Air. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"