KONTEKS.CO.ID – Gelar doktor Bahlil Lahadalia digugat. Pucuk pimpinan Kementerian ESDM itu sukses menuntaskan gelar doktornya di Universitas Indonesia (UI).
Bukan gelar doktor yang menyedot perhatian publik, tapi durasi pencapaiannya. Gelar doktor (S3) Bahlil Lahadalia di UI dalam membutuhkan waktu 20 bulan.
Bahkan di lini masa X, singkatnya waktu dan materi disertasinya mendapat sorotan tajam. Salah satunya, seorang profesor yang merupakan Dosen Nanyang Technological University (NTU) Singapura. Namanya Prof Sulfikar Amir.
“how low can you go @univ_indonesia??? oh i know….as low as permintaan pejabat buat nyelesaiin s3 dlm waktu 20 bulan. either he’s too brilliant or you are just to stupid to think he’s brilliant,” kata Prof Sulfikar Amir, mengutip akun X @sociotalker, Kamis 17 Oktober 2024.
Ia pun mengaku heran kenapa UI bisa meloloskan desertasi Bahlil yang isinya seperti kumpulan kliping koran. “Disertasi apaan ini @univ_indonesia??? jangan2 cuma kumpulan berita koran dan laporan proyek?? are you seriously an institution of higher learning UI?” paparnya.
Terkait kebijakan atas Bahlil, Sulfikar pun melontarkan kritik tajam. Ia menyarankan UI bertransformasi menjadi lembaga kursus yang mudah memberikan sertifikat.
“I strongly suggest @univ_indonesia buat ganti status menjadi lembaga kursus…biar lbh pas buat jualan sertifikat. lupakan world class university, qs100, etc etc. yang penting melayani nafsu pejabat dan dapat cuan,” tukasnya.
Proses Gelar Doktor Bahlil Lahadalia
Sekadar informasi, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI. Ia menelurkan disertasi berjudul “Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia”.
Hasil penelitian yang Bahlil lakukan dalam studi doktoralnya memperlihatkan empat masalah utama dari dampak hilirisasi yang memerlukan penyesuaian kebijakan. Yaitu, ketidakadilan dana transfer daerah, minimnya keterlibatan pengusaha daerah.
Lalu keterbatasan partisipasi perusahaan Indonesia dalam sektor hilirisasi bernilai tambah tinggi. Dan belum adanya rencana diversifikasi pascatambang.
Bahlil pun menyodorkan empat kebijakan utama guna mengantisipasi masalah ini. Yaitu, reformulasi alokasi dana bagi hasil terkait aktivitas hilirisasi, penguatan kebijakan kemitraan dengan pengusaha daerah. Serta penyediaan pendanaan jangka panjang untuk perusahaan nasional di sektor hilirisasi, dan kewajiban bagi investor untuk melakukan diversifikasi jangka panjang.
Sebelum Sidang Terbuka Promosi Doktor, berdasarkan pernyataan resmi yang tersampaikan oleh UI, Bahlil sebagai mahasiswa riset Program Studi Doktor Kajian Stratejik Global SKSG UI telah menempuh rangkaian tahapan ujian.
Yaitu, Seminar I pada 15 Juni 2023, Seminar 2 (26 Oktober 2023), Seminar 3 (22 Desember 2023), dan Ujian Proposal Riset pada 27 Januari 2024.
Selanjutnya Ketum Partai Golkar itu menempuh Ujian Hasil Riset pada 19 Juni 2024, Ujian Seminar Hasil Riset I pada 10 Juli 2024. Lalu Ujian Hasil Riset 2 pada 27 September 2024.
Dosen Penguji Punya Kepakaran Sesuai Penelitian Bahlil
UI mengklaim setiap tahapan oleh Bahlil Lahadalia sebagai mahasiswa riset pada program studi Doktor Kajian Stratejik dan Global SKSG UI teruji oleh dosen-dosen yang mempunyai kepakaran sesuai bidang penelitiannya.
Selain itu untuk menjamin mutu dan transparansi dosen penguji tersebut tidak hanya dari internal SKSG tetapi juga lintas Fakultas di Universitas Indonesia, dan melibatkan pula penguji dari luar Universitas Indonesia.
Sidang terbuka ini terpimpin oleh Ketua Sidang Prof Dr I Ketut Surajaya. Sidang terhadiri oleh Promotor Prof Dr Chandra Wijaya, serta kopromotor Dr Teguh Dartanto, SE, M.E dan Athor Subroto, Ph.D.
Dalam sidang terbuka promosi doktor tersebut, Bahlil mendapat ujian dari Dr Margaretha Hanita, Prof A Hanief Saha Ghafur, Prof Didik Junaidi Rachbini, Prof Arif Satria, dan Prof Kosuke Mizuno. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"