KONTEKS.CO.ID – Suharso Manoarfa resmi tak lagi menjabat Ketum PPP usai Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) mengeluarkan Surat Keputusan (SK) pengesahan Muhammad Mardiono sebagai Plt Ketua Umum PPP.
Pelengseran Suharso Manoarfa dari posisi Ketum PPP adalah puncak kekecewaan kader partai berlambang Ka’bah. Keseleo lidah Suharso soal Amplop Kyai jadi pemicu makin solidnya internal PPP menyudahi kepemimpinan Suharso.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, mengatakan konflik PPP saat ini disebut berbeda dengan konflik-konflik sebelumnya. Biasanya konflik PPP akan mengental faksionalisasinya karena berbeda dukungan politik terkait pencapresan.
“Konflik Mardiono dengan Suharso itu kan cepat, motifnya itu karena keseleo lidah soal amplop kiyai itu dianggap kesalahan fatal yang kemudian Suharso dikudeta di tengah jalan. Kan kasusnya ini udah selesai, secara hukum Suharso harus mengakui bahwa SK Menkumham bukan kepada dirinya tapi kepada Mardiono sebagai Plt Ketum,” kata dosen FISIP UIN Jakarta kepada media dikutip Minggu (11/9)
Selain itu Adi menyebut Suharso terkesan tidak ada yang membela usai dikudeta oleh Mardiono. Tak terlihat ada elite DPP PPP atau DPW hingga DPC PPP yang solid pasang badan untuk mendukung Suharso.
“Beda dulu, kalau konfliknya Rommy sama Suryadharma Ali misalnya jelas kubu-kubuannya, DPW terbelah, elite DPP juga terbelah, pengurus DPC dan DPD juga terbelah. Konflik Suharso dan Mardiono tidak mencerminkan itu,” ucapnya.
Adi menyebut pernyataan Suharso terkait amplop kiyai adalah puncak gunung es. Menurutnya, blunder Suharso itu menjadi puncak kekecewaan kader-kader PPP atas kinerja Suharso sebagai ketum PPP yang di bawah ekspektasi.
Pertama, di survei-survei misalnya PPP ini terancam tidak lolos. Kedua PPP nyaris kehilangan momentum politik karena Suharso jarang tampil sebagai Ketum Partai, dan malah kelihatan banyak bicara sebagai menterinya presiden. Ketiga tentu sering kali blunder, ada kesan PPP ini semakin ingin menjauhkan dari basis konstituen politiknya yang ulama, yang kiyai dan pesantren-pesantren itu.
“Tiga variable ini kemudian menjelaskan ketika ada keseleo lidah soal amplop kiyai itu ya menjadi triger Suharso dikudeta di tengah jalan,” ujarnya. []
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"