KONTEKS.CO.ID – Ahli Geofisika Indonesia, Dr. Surono, memastikan bahwa yang dialami Gunung Semeru kali ini bukan erupsi, melainkan Awan Panas Guguran atau APG. Karena setiap hari Semeru selalu memproduksi kubah lava.
“Ini marilah kita belajar bersama, jadi jangan sampai ini dinamakan erupsi seperti di tahun 2021,” kata Surono kepada tvOne, yang dikutip pada Senin, 5 Desember 2022.
Surono yang biasa dipanggil Mbah Rono menyampaikan, yang terjadi pada Gunung Semeru saat ini adalah lava yang menumpuk kemudian lama-lama gugur, dan di dalam tumpukan kubah lava banyak mengandung gas, maka terporduksilah awan panas. Awan panas yang terproduksi dari kubah yang gugur, disebutlah awan panas guguran.
“Karena awan panas ini terproduksi dari kubah yang gugur, maka disebut awan panas guguran. untuk membedakan dengan awan panas letusan, karena sejatinya Semeru ini yang memproduksi awan panas bukan awan panas letusan, hanya tumpukan lava yang sebagai luarnya sudah membeku jadi batu, tapi di dalamnya itu masih sangat panas,” kata Mbah Rono.
Awan Panas Guguran bisa terjadi karena musim hujan dan lereng yang terjal. Saat gugur, gas keluar bercampur material yang ada, maka terbentuklah awan panas. Ini seperti yang terjadi pada 9 November 2022. itu jarak luncurnya sekitar 4 kilo. Dan memang terbilang kecil.
“Kemudian kubah terbentuk terus, akhirnya lama-lama membesar, karena berada di sisi yang miring, dibukaan kawah, dan ada hujan sebagainya, kubah jadi tidak stabil, brodol lagi, longsor lagi, gugur lagi, terposisilah awan panas, makan disebut awan panas guguran,” katanya.
Awan Panas Guguran kemudian mengarah ke besuk-besuk yang ada di sekitar Semeru. Dan ini yang membedakan dengan awan panas letusan, yang akan terjadi secara tegak dan awan panasnya bisa mengarah segala arah.
“Ya mengarahnya ya hanya ke situ, besuk-besuk itu. Karena tempatnya ke arah sana. Berbeda dengan awan panas letusan. itu bisa segala arah, karena letusannya tegak, dan awan panasnya itu bisa ke segala sisi. Tidak mengarah,” katanya.
“Nah ini yang gugur sekarang menghasilkan awan panas guguran, berbeda dengan letusan. Ini harus dibedakan agar supaya bisa diantisipasi,” katanya lagi.
Karena itu, Mbah Rono yang juga mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, memastikan yang terjadi saat ini tidak bisa menggunakan istilah erupsi. Karena yang terjadi adalah guguran kubah yang menghasilkan awan panas.
“Tidak bisa digunakan istilah erupsi. Tidak bisa. karena ini hanya guguran kubah yang menghasilkan awan panas,” katanya.
Ditambahkan Mbah Rono, bila kejadian ini disebut erupsi Semeru, dan menghasilkan awan panas, ini akan menjadi istilah baru.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"