KONTEKS.CO.ID – Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Dr. Ir. Ismawan, mengatakan bahwa gempa Cianjur yang disebabkan oleh pergeseran Patahan Cugenang atau sesar yang berada di darat akan menyebabkan kerusakan yang cukup parah.
Meski tidak menimbulkan tsunami, sesar yang ada di darat akan membuat kerusakan bangunan akibat gempa Cianjur diperparah karena lokasi episenter yang berada di daratan pada kedalaman 10 kilometer.
“Sesar-sesar yang di darat memang tidak akan menimbulkan tsunami, tetapi akibat primernya itu gedung-gedung banyak yang roboh. Kalau kedalamannya cukup dangkal, gempa kecil pun bisa merusak,” ujarnya.
Menurut Dr. Ismawan, gempa Cianjur harus dijadikan pelajaran berharga bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang hidup di kawasan patahan.
Analisis mengenai gempa dipicu pergerakan sesar baru (Patahan Cugenang) menandakan bahwa bisa jadi ada banyak sesar baru yang belum teridentifikasi dan dapat memicu gempa cukup serius.
Lokasi gempa Cianjur menurut Ismawan ada di daerah yang selama ini justru tidak disinggung ada patahan. Tapi malah menghasilkan gempa bumi cukup besar.
“Kemarin kejadian satu daerah yang selama ini tidak disinggung ada patahan ternyata menghasilkan gempa bumi cukup besar. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran,” kata Ismawan.
Selain itu, dampak peristiwa gempa bumi tidak hanya dilihat dari besaran magnitudonya, tetapi juga kedalamannya. Gempa dengan magnitudo tidak besar, tetapi dengan kedalaman yang dangkal tetap akan menimbulkan efek besar.
Ismawan juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada mengenai bahaya gempa tektonik. Edukasi dan sosialisasi mengenai kawasan sesar perlu diperkuat di masyarakat, terutama bagi masyarakat yang benar-benar tinggal di jalur patahan. Hal ini mendorong masyarakat makin sadar akan potensi sesar tersebut.
“Meskipun di daerah kita disebutkan jauh dari patahan, kita tidak tahu ternyata ada beberapa retakan yang mungkin kita belum tahu,” kata Ismawan.
Waspada Sesar Aktif
Sesar aktif tentu akan menimbulkan pergerakan di bumi. Sesar terjadi karena pergerakan lempeng tektonik. Indonesia memiliki banyak fenomena dinamika pergerakan lempeng tektonik.
Sesar terbentuk sejak bumi terbentuk. Khusus di Jawa Barat, setidaknya ada tiga gugusan sesar besar yang tercatat mengalami pergerakan.
Ada Sesar Lembang di kawasan utara Bandung, Sesar Cimandiri di wilayah Sukabumi, serta Sesar Baribis di wilayah Majalengka.
Pusat Survei Geologi pernah mencatat setidaknya ada beberapa sesar aktif lagi yang ada di wilayah Bandung Raya. Seperti Sesar Cipeles, Sesar Pelabuhanratu, Sesar Citanduy
Kemudian Sesar Cicalengka, Sesar Jati, Sesar Ujungberung-Cileunyi, serta Sesar Gunung Geulis. Meski sesar-sesar ini kurang ditkenal, tapi ada indikasi yang menunjukkan bahwa sesar ini masih aktif.
Sesar aktif yang menghasilkan gempa bumi kecil dinilai lebih aman dibanding dengan sesar aktif yang tidak pernah menghasilkan gempa bumi.
Setidaknya ada 9 desa yang diharuskan untuk segera dikosongkan karena berada di zona berbahaya Sesar Cugenang. Sebanyak 6 desa berada di Kecamatan Cugenang. Terdiri dari Desa Cibeureum, Desa Nyalindung, Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Cibulakan, dan Desa Benjot.
Sementara dua desa berada di Kecamatan Pacet. Desa Ciherang dan Desa Ciputri. Kemudian ada satu desa lainnya di ujung patahan, yakni Desa Nagrak Kecamatan Cianjur.
Penemuan atau penetapan zona patahan baru ini sangat vital dalam mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi berbagai bangunan yang terdampak gempa.
Diharapkan rumah warga maupun berbagai fasilitas umum dan sosial lainnya., tidak didirikan di jalur patahan atau sesar gempa tersebut.
BMKG meminta kepada Pemerintah Daerah Cianjur untuk segera merelokasi 9 desa di Cianjur karena berada di zona berbahaya pada Patahan Cugenang.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"