KONTEKS.CO.ID – Sistem proporsional tertutup dan terbuka dalam pemilihan umum 2024 menjadi perdebatan. Terutama saat Ketua KPU Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa masalah ini sedang digugat di Mahkamah Konstitusi (MK).
Sistem proporsional tertutup ini nanti akan mengharuskan rakyat mencoblos partai dan bukan calon anggota legislatif atau caleg.
Hasyim Asy’ari menyatakan, kemungkinan bahwa pemilu dilakukan dengan sistem proporsional tertutup bisa terjadi. Meski dia juga belum berani berspekulasi tetang hal itu.
Pengamat politik Rocky Gerung menanggapi adanya wacana ini. Menurut dia, sistem ini jelas akan berbahaya. Kita akan kembali ke zaman orde baru. Padahal rakyat ingin memilih langsung wakil mereka yang nantinya akan mengawasi Presiden.
“Sebetulnya kalau kita lihat, Presiden kita dipilih langsung, artinya rakyat juga ingin memilih langsung wakil-wakilnya yang akan mengawasi Presiden kan. kalau kita lihat sistem politik presidensial, artinya kita memilih dua lembaga. Presiden dan yang akan mengawasi Presiden,” kata Rocky Gerung seperti dikutip dari Rocky Gerung Official pada Jumat, 30 Desember 2022.
Menurut Rocky Gerung, bila Presiden dipilih langsung, tapi anggota yang akan mengawasi ditentukan oleh partai, ini akan membuat sistem pengawasan DPR jadi tidak berlaku.
“Jadi partai akan kongkalingkong dengan anggota DPR supaya jangan terlalu dikritisi dong,” katanya.
Presiden Hanya Diawasi Partai
Sistem tertutup ini akan membuat Presiden hanya diawasi oleh partai politik, bukan anggota DPR yang dipilih oleh rakyat. Bila ini terjadi, maka oligarki di dalam partai yang akan menentukan arah politik.
“Jadi permainan yang buruk sebetulnya dari segi sistem berdemokrasi, itu artinya kekuasan ketua partai saja yang menentukan siapa yang boleh jadi anggota DPR. Kita memilih kucing dalam gorong-gorong sebetulnya,” ujarnya lagi.
Ditegaskan Rocky Gerung, dalam sistem proporsional tertutup tentu tidak terjadi prinsip keterbukaan. Dia juga merasa heran, kenapa Ketua KPU Hasyim Asy’ari, justru menggelontorkan isu ini. Dia curiga, sistem ini benar-benar akan diwujudkan.
“Yang lebih unik lagi atau yang lebih konyol lagi, kenapa ketua KPU, belum diputuskan sudah suruh-suruh, artinya dia tahu bahwa nanti akan diputuskan di Mahkamah Konstitusi bahwa sistem pemilihan kita itu adalah tertutup. Kita nggak pernah tahu siapa calon kita tuh,” katanya.
Rocky Gerung menceritakan, bila nantinya yang ditentukan dalam sistem itu orang yang pernah jadi koruptor, karena kerjaan partai maka dia nggak akan dimunculkan atau disebutkan.
“Ini memang makin buruk bangsa ini, yang makin buruk lagi otak dari para penyelenggara negara, yang mengakali demokrasi untuk menyelamatkan figur-figur. Mungkin banyak figur di partai politik yang ingin maju lagi tapi namanya buruk jadi nggak mungkin dipamerkan. Kalau daftar terbuka kan kita tahu ini calonnya siapa, tapi sekarang disulundupkan,” katanya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"