KONTEKS.CO.ID – FDS UI Research & Consulting memetakan kandidasi sosok capres dan cawapres yang akan berlaga pada Pilpres 2024 mendatang.
Ada empat tokoh kandidat capres terdiri atas tiga tokoh yang memiliki elektabilitas tertinggi dari berbagai lembaga survei selama satu tahun terakhir, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
“Sedangkan satu tokoh lagi merupakan tokoh yang banyak disebut-sebut bakal menjadi capres dari parpol yang satu-satunya berhak mengajukan pasangan capres-cawapres sendiri karena memiliki kursi melebihi ambang batas yang diperlukan, yaitu Puan Maharani,” beber CEO FDS UI Research & Consulting Rulli Nasrullah, Sabtu 31 Desember 2022 .
Rulli menguliti tiap kandidat capres dan cawapres. Pertama, Anies Baswedan selalu konsisten masuk 3 besar elektabilitas tertinggi calon presiden 2024 berdasarkan sejumlah lembaga survei. Sejak direshuffle dari kabinet Jokowi di tahun 2016, dan terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017, Anies disebut-sebut sebagai antitesis Joko Widodo. Gaya bicaranya yang lebih tertata rapi, terstruktur, sistematis, dan terukur, semakin menegaskan itu.
“Jika Jokowi dianggap sosok rakyat kebanyakan yang sederhana dan spontan, Anies dianggap figur rakyat yang cerdas, berpendidikan tinggi, dan berpikiran jauh ke depan,” kata Rulli.
Lalu keberhasilannya membangun Jakarta menjadi kota yang lebih ramah kepada warga, termasuk perbaikan layanan penyediaan kesehatan dan pendidikan, penataan moda transportasi umum yang semakin terintegrasi, administrasi pemerintahan Jakarta yang lebih rapi sehingga mendapatkan WTP.
Lalu berbagai penghargaan nasional maupun internasional, dan keberhasilannya membangun stadion berstandar internasional, JIS, serta menghelat balapan berkelas dunia, Formula E, membuat Doktor Ilmu Politik lulusan Illnois University ini dianggap sebagai salah satu gubernur yang pantas maju ke kontestasi nasional.
“Anies digadang-gadang bakal menjadi capres dari Koalisi Perubahan, bentukan Nasdem, PKS, dan Demokrat,” katanya.
Sosok kandidat Capres lain adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ganjar kerap memimpin hasil survei calon presiden 2024 yang dilakukan sejumlah lembaga. Ganjar juga digadang-gadang sebagai sosok pemimpin nasional yang layak meneruskan estafet kepemimpinan Joko Widodo.
Dari tangkapan publik, kode “rambut putih” yang disampaikan Jokowi di hadapan para relawannya mengarah pada sosok Ganjar. Selain sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode, Ganjar juga memiliki pengalaman di legislatif. Ganjar pernah menjadi anggota DPR RI. Berdasarkan analisa sejumlah pengamat, Ganjar berpotensi diusung KIB.
“Tapi di lain sisi, senyap suara dukungan juga berharap Ganjar diusung oleh PDIP,” kata Rulli.
Lalu Prabowo Subianto. Pensiunan tiga pilpres sebelum ini, ternyata masih membetot perhatian publik. Tak sedikit yang masih menginginkannya maju berlaga di Pilpres 2024. Terbukti hasil survei dari berbagai lembaga, menunjukkan Prabowo stabil berada di tiga besar capres 2024.
Saat ini, Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Diyakini sejumlah pihak, posisi Menhan ini bisa dimanfaatkan Prabowo untuk menunjukkan kinerjanya di bidang pemerintahan dan membantu mengerek citranya.
Apalagi, posisinya sebagai Ketua Umum Gerindra, parpol dengan kursi ketiga terbanyak di parlemen, membuatnya memiliki daya tawar tinggi dan memudahkannya dalam membentuk koalisi. Gerindra yang saat ini intim dengan PKB digadang-gadang akan mengusung Prabowo menjadi capres dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Pilpres 2024 merupakan kesempatan terakhir Prabowo untuk berlaga.
“Tentunya kesempatan ini akan dimanfaatkan Prabowo dengan mengerahkan segala sumber daya yang dimilikinya,” jelasnya.
Kandidat Capres terakhir adalah Puan Maharani. Puan memang belum memiliki elektabilitas yang cukup tinggi. Tapi, sosoknya patut diperhitungkan dalam kandidasi capres tahun 2024. Keistimewaan ini dimiliki Puan karena merupakan kader utama dari PDIP, satu-satunya partai yang bisa mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden sendiri.
Keberhasilan bertahan sebagai pemenang dalam dua pemilu terakhir, menunjukkan mesin politik PDIP yang terbukti efektif dan memiliki jaringan hingga ke bawah, salah satu faktor kunci dalam merengkuh kemenangan di Pilpres.
Puan sendiri diprediksi bakal melanjutkan estafet kepemimpinan ibunya di PDIP, dan digadang-gadang maju Pilpres 2024 oleh banyak kader PDIP. Apalagi, sebagai politisi perempuan, Puan memiliki daya jual tersendiri. Puan merupakan perempuan pertama yang berhasil menjadi Ketua DPR RI.
Sebelum ini, Puan juga mempunyai pengalaman di eksekutif, saat menjabat Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Selama menjabat sebagai Menko PMK, Puan berhasil berkontribusi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta tidak ada satu pun provinsi di Indonesia yang berstatus low human development. Dengan pencapaian tersebut, Puan pun dianugerahi pin tanda alumni kehormatan Lemhanas.
Kandidasi Sosok Cawapres
Untuk empat kandidat cawapres, kami memetakan empat tokoh yang berpotensi sebagai cawapres di Pilpres 2024. Tiga kandidat cawapres pertama merupakan Ketua Umum partai politik yang memiliki daya tawar tinggi dan peran penting dalam pembentukan koalisi untuk memenuhi ambang batas minimal untuk mengajukan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden sebesar 20 persen.
Mereka adalah Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar, Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, dan Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat, dan Erick Thohir.
Kata Rulli, Airlangga memang belum memiliki elektabilitas pribadi yang cukup signifikan, tetapi parpol yang dipimpinnya memiliki kursi terbesar kedua di parlemen. Airlangga memang selama ini digadang-gadang selaku capres dari Partai Golkar. Tetapi, mengingat elektabilitas pribadi maupun elektabilitas ketika simulasi berpasangan dengan berbagai tokoh sebagai cawapresnya dalam berbagai survei, data menunjukkan berat bagi Airlangga untuk bersaing dengan tokoh-tokoh capres papan atas
Airlangga, kata Rulli, memiliki daya tawar dan posisi politik cukup tinggi sebagai cawapres, mengingat Golkar memiliki kursi cukup signifikan di parlemen (85 kursi) dan bisa maju dengan berkoalisi cukup dengan satu parpol lain saja, kecuali dengan PPP.
Di Koalisi Indonesia Bersatu sendiri, Golkar merupakan parpol dengan jumlah kursi tertinggi di parlemen. Apalagi dengan posisi strategisnya sebagai Menko Perekonomian di Kabinet Joko Widodo, membuatnya semakin diperhitungkan dalam kalkulasi pembentukan koalisi dan penentuan capres dan cawapres.
Kandidat Cawapres lainnya adalah Muhaimin Iskandar juga patut diperhitungkan karena memimpin parpol yang dianggap representasi organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, NU, dan termasuk kunci kemenangan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa itu dalam berbagai survei, tidak memiliki angka elektabilitas pribadi yang cukup signifikan. Hanya saja, sebagai ketua umum dari parpol pemilik kursi parlemen terbanyak kelima, dan parpol yang dianggap representasi organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, NU, sosok Muhaimin lebih dari pantas untuk diperhitungkan. Apalagi selama dipimpin Muhaimin, PKB memiliki suara yang terus meningkat dari pemilu ke pemilu, dan memiliki suara tertinggi dibandingkan parpol Islam lainnya.
“Kalau PKB berkoalisi dengan parpol nasionalis, sosok Muhaimin bisa menjadi perwakilan kelompok religius,” terang Rulli.
Selanjutnya kandidat cawapres AHY. AHY di antara tokoh-tokoh yang berani bersuara kritis terhadap pemerintahan dan menyuarakan ketidakpuasan masyarakat, memiliki elektabilitas yang cukup tinggi, baik sebagai capres apalagi sebagai cawapres.
AHY memiliki elektabilitas pribadi yang cukup baik sebagai capres, apalagi sebagai cawapres. Dengan memimpin parpol di luar pemerintahan dan berani bersuara kritis terhadap pemerintahan, AHY berkembang menjadi sosok alternatif dan representasi masyarakat yang tidak puas dengan pemerintahan Joko Widodo, atau yang menginginkan perubahan. Keberhasilannya memimpin Demokrat selamat dari upaya pengambilalihan partainya yang dilakukan orang dekat kekuasaan, Moeldoko, memperkuat positioning ini.
“Apalagi, Demokrat ikut memegang kunci terbentuknya poros keempat, yaitu Koalisi Perubahan,” kata Rulli.
Kandidat cawapres keempat diprediksi berasal dari luar partai politik, yaitu Erick Thohir. Erick sejak menjadi Menteri BUMN, menunjukkan intensitas tinggi dalam upaya membentuk citra diri dan meningkatkan popularitasnya, baik di media sosial maupun dengan bertemu langsung masyarakat.
Erick juga cukup rajin mendekati para petinggi parpol. Latar belakangnya sebagai pengusaha dan kemampuan finansialnya yang cukup memadai, membuat sosoknya semakin diperhitungkan dalam kontestasi Pilpres yang memerlukan pembiayaan besar.
Sosok Erick Thohir patut diperhitungkan sebagai cawapres keempat karena menunjukkan keseriusan keinginannya untuk ikut dalam kontestasi Pilpres 2024. Dalam dua tahun terakhir, ada peningkatan signifikan kemunculan Erick Thohir dalam berbagai platform media massa maupun media sosial.
Erick pun rajin mendekatkan diri dengan parpol-parpol sebagai organisasi yang berhak mengajukan capres-cawapres menurut Konstitusi, dari PKB hingga kini PAN. Dengan kemampuan finansial pribadinya sebagai pengusaha papan atas di Indonesia, memudahkan Erick mengemas citra dirinya di segala lini.
Apalagi sebagai menteri yang membawahi ratusan BUMN yang memiliki infrastruktur di seluruh Indonesia, membuatnya semakin terekspos dengan publik di banyak kesempatan. Terbukti, ada peningkatan popularitas Erick di berbagai survei, meskipun masih perlu waktu untuk mengerek elektabilitasnya.
“Empat kandidat capres dan cawapres di atas menurut FDS UI Research & Consulting merupakan kandidat terkuat saat ini. Diprediksi tidak akan ada banyak perubahan menuju pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nanti,” kata Rulli. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"