KONTEKS.CO.ID – Pakar komunikasi atau Komunikolog Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menanggapi pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono soal Pemilu tak demokratis.
Emrus mengatakan, dua pasang atau tiga pasang, sama-sama demokratis. Tidak ada beda dua pasang atau lebih dari sudut demokrasi tetap rakyat yang berdaulat.
“Sendainya tiga pasang atau lebih, hampir dipastikan dua putaran. Putaran terakhir tetap, dua pasang kan. Dengan tiga pasang malah terbuka kemungkinan, satu pasangan sebagai boneka. Ini menjadi tidak demokratis. Suara yang kalah dimobilisasi ke salah satu pasangan pada putaran kedua (terakhir) sehingga rakyat justru tidak berdaulat,” kata Emrus saat dihubungi, Senin (19/9/2022).
Emrus menegaskan, terkait dengan sinyalemen dugaan adanya upaya berbuat tidak jujur dan tidak adil pada Pilpres 2024, sebaiknya SBY mengemukakan di ruang publik dengan fakta, data, bukti dan argumentasi yang kuat.
“Jika tidak disampaikan data, fakta, bukti dan argumentasi, seandaikan pasangan Pilpres yang diusung Partai Demokrat dan yang didukung SBY menang pada Pemilu 2024, maka kemenangan tersebut sebagai hasil dari ketidakjujuran dan ketidakadilan dong. Karena itu, pandangan SBY tersebut berpontensi sesat logika,” tegasnya.
Untuk itu, paparnya, sebaiknya Partau Demokrat dan SBY fokus pada tawaran program yang terukur sejahterakan rakyat. Misalnya, hapus subdidi BBM. Pertamina diwajibkan berkontribusi 30 % dari jumlah ABPN. Sehingga postur ABPN kita menjadi “130” %.
“Dana 30% tersebut digunakan membangun sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan bagi rakyat yang tinggal di pinggiran pantai, di lereng gunung, di gunung-gunung dan di kantong-kantong kemiskinan di kota,” tutup Emrus. []
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"