KONTEKS.CO.ID – Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto angkat bicara terkait polemik rencana pembelian kereta listrik bekas Jepang oleh PT Kereta Cepat Indonesia (KCI). Ia menuding sistem perencanaan pemerintah terkait pengelolaan dan pengembangan perkeretaapian di Indonesia kacau.
Selain itu pemerintah dianggap malas mengkaji dan memperkirakan jumlah kebutuhan rangkaian kereta api nasional. Akibatnya pemerintah selalu mengandalkan impor untuk pengadaan kereta, padahal di dalam negeri ada PT INKA industri pembuatan kereta api yang perlu didukung dan dikembangkan.
“Harusnya ada perencanaan yang matang berupa roadmap kebutuhan kapasitas KRL dan kemampuan pengadaannya secara domestik. Sehingga match antara kebutuhan PT. KCI dengan kemampuan produksi PT. INKA,” kata Mulyanto kepada wartawan, Selasa 7 Maret 2023.
“Menteri BUMN jangan import minded. Sayang kalau devisa kita terkuras terus dan kapabilitas industri dalam negeri tidak dioptimalkan,” tegasnya.
Politikus PKS ini menegaskan, dari kasus impor KRL ini terlihat betapa perhatian pemerintah terhadap peningkatan kualitas layanan transportasi publik masih minim. Dimana selama ini tugas peningkatan layanan transportasi publik dibebankan kepada pemerintah daerah dan swasta.
Akibatnya kondisi transportasi publik di beberapa daerah tidak standar dan sangat memprihatinkan. Jauh dari rasa aman serta nyaman bagi masyarakat penggunanya.
“Perhatian pemerintah pada peningkatanan kualitas layanan transportasi publik masih lemah. Ini bisa kita lihat dari postur APBN kita yang lebih banyak digunakan untuk mensubsidi pemilik kendaraan pribadi daripada untuk memperbaiki jumlah dan kualitas layanan transportasi publik,” paparnya.
Ia mengajak masyarakat membandingkan perhatian pemerintah terhadap infrastruktur KRL dengan subsidi mobil listrik atau kereta cepat Jakarta-Bandung.
“Harusnya kan pemerintah lebih memperhatikan kualitas layanan transportasi publik, ketimbang subsidi untuk pembelian mobil listrik pribadi bagi orang yang mampu,” pungkasnya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"