KONTEKS.CO.ID – Saat pengemudi memutuskan melakukan panggilan atau menerima telepon, membaca atau mengirim pesan teks saat berada di belakang kemudi, mereka meningkatkan risiko terlibat dalam kecelakaan.
Pejalan kaki dan pengendara sepeda juga berada dalam bahaya besar jika menggunakan ponsel atau saat menggunakan headphone-nya.
Bahaya akibat pengalihan perhatian bukanlah hal baru, tetapi penelitian yang baru-baru ini dirilis menunjukkan masalahnya bahkan lebih serius daripada yang diperkirakan. Ada banyak kasus tabrakan yang tidak tercatat karena kurangnya perhatian dalam berkendara.
Mengemudi multitasking membunuh lebih banyak pengguna jalan daripada alkohol. Terpenting, isyarat tentang situasi jalan sering terlewatkan oleh pengemudi.
Itulah kesimpulan dari riset baru yang baru-baru ini diumumkan oleh DEKRA, sebuah perusahaan berbasis di Jerman yang melakukan pengujian otomotif, inspeksi dan penelitian kecelakaan. Analisis mengemudi yang terganggu (multitasking) adalah bagian dari Laporan Keselamatan Jalan DEKRA 2022.
“Tuntutan yang diberikan kepada kami sebagai pengguna jalan begitu kompleks, sehingga harus memberikan perhatian penuh jika ingin pulang dengan selamat. Multitasking cukup sederhana tidak bekerja dalam situasi transportasi jalan, karena kita sangat terbatas dalam kemampuan mengemudi,” papar Luigi Ancona, seorang peneliti kecelakaan di DEKRA, dikutip Forbes, Minggu, 2 Oktober 2022.
Banyak pengemudi tidak dapat menahan keinginan untuk memeriksa pesan diponselnya saat mengemudi, kata Ancona. “Siapa yang memilih memejamkan mata selama beberapa detik saat berada di belakang kemudi kendaraan?” tanyanya.
“Efeknya sama. Jika Anda melaju dengan kecepatan 30 mph dan melihat ponsel Anda selama tiga detik, Anda akan menempuh jarak sekitar 137 kaki tanpa melihat. Pada 50 mph, itu sekitar 220 kaki,” tambahnya.
Ada banyak aktivitas bermasalah yang dapat mengalihkan perhatian dari kosentrasi mengemudi selain ponsel, Mulai dari berbicara dengan penumpang dan memperhatikan anak-anak di kursi belakang, hingga menggunakan navigasi atau sistem audio, seringkali dilakukan melalui layar sentuh nan rumit.
“Setiap aktivitas sekunder yang menyebabkan pengemudi kehilangan konsentrasi pada apa yang terjadi di jalan menciptakan potensi bahaya -untuk diri mereka sendiri dan orang lain,” kata Ancona memperingatkan.
Dia menambahkan, risiko yang sama juga berlaku bagi pejalan kaki dan pesepeda.
Jika terjadi tabrakan, orang yang berjalan kaki atau bersepeda biasanya berada dalam bahaya mengalami cedera yang jauh lebih serius daripada penumpang mobil yang terlindungi dengan lebih baik. Misalnya, orang yang membaca atau menulis pesan teks, atau memakai headphone saat menyeberang jalan.
Mereka sering melewatkan isyarat lalu lintas yang penting untuk membantu mereka menavigasi jalan dengan aman. Termasuk banyak isyarat pendengaran, seperti klakson mobil, bel pengendara sepeda, mesin yang menyala, atau sirene ambulans, dan pengguna jalan tidak dapat bereaksi dengan tepat.
“Konsentrasi penuh (saat mengemudi dan berjalan di area publik) diperlukan setiap saat,” pungkas Ancona. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"