KONTEKS.CO.ID – Sejarah kelam Volkswagen (VW) tak banyak yang tahu. Publik hanya tahu, mereka adalah raksasa otomotif dunia asal Jerman.
Bukan GM atau Ford yang sanggup menahan ekspansi Toyota. Tapi VW-lah yang sanggup menempel ketat Toyota di puncak penjualan mobil terbanyak di dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2021 lalu VW berhasil menjual 9,305 juta unit kendaraan. Satu tahun kemudian, saat ekonomi masih terguncang COVID-19, merek ini menyerahkan 8,8 juta unit mobil kepada pelanggannya.
Mereguk keberhasilan ini bukanlah mudah. Sejarah kelam Volkswagen menjadi bayang-bayang perusahaan dalam melaju di industri otomotif.
Sejarah kelam itu adalah sosok “bidan” dari lahirnya perusahaan adalah musuh nomor satu warga dunia. Dia adalah Adolf Hitler, pemimpin Nazi yang gemar menganeksasi wilayah negara lain.
Namun pada kasus ini, kita harus angkat topi untuk Hitler. Kemunculan VW merupakan ide Hitler agar semua rakyat Jerman yang miskin juga bisa memiliki kendaraan pribadi sebagai alat transportasi.
Saat ide ini tercetus, harga mobil seperti Mercedes 170H — yang juga buatan Jerman, di luar nalar kebanyakan rakyat Jerman. Ya, pada masa awal kelahiran mobil yang menggantikan kereta kuda, banderolnya sangat mahal.
Tak heran jika hanya kalangan ekspratriat dan kaum priyayi atau bangsawan yang bisa “menungganginya”. Rakyat biasa atau proletar cuma bisa memandangi saja.
Sejarah Kelam Volkswagen, Hitler Jadi ‘Bidannya’
Dengan latar belakang ketimpangan sosial itu, pemimpin Nazi Adolf Hitler bermimpi bisa menciptakan sebuah kendaraan roda empat dengan harga terjangkau.
Meski harganya terjangkau kaum proletar, Hitler menggaransi mobil tetap berkualitas. Bak gayung bersambut, pada saat bersamaan Hitler bertemu insinyur Austria, Dr Ferdinand Porsche.
Hitler langsung memberi arahan kepada Porsche agar membangun kendaraan roda empat berharga murah. Walaupun harganya murah, dia meminta mobil tersebut bisa menampung lima penumpang dan barang-barang, serta mampu melaju hingga 100 km/jam.
Karena ditujukan bagi warga berpenghasilan pas-pasan, mobil ini mempunyai nama Vox Wagon (Volkswagen). Kata ini ketika diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti mobil rakyat.
Porsche bersama teman sejawatnya sukses merealisasikan mimpi indah Hitler itu ke dalam bentuk purwarupa di tahun 1936. Atau tepat setahun sebelum perusahaan yang kelak menaunginya resmi berdiri.
Sebetulnya, mobil dengan konsep yang sama pernah terbangun oleh insinyur bernama Josef Ganz. Bahkan mobil bernama Standard Superior tersebut menggunakan jargon “German Volkswagen“, mirip dengan keinginan Hitler.
Sayangnya, latar belakang politik membuat Ganz dijebloskan ke tahanan. Pemerintah Nazi menuduhnya sebagai penganut Yahudi.
Hitler mengembalikan proyek ini ke Dr Porsche bersamaan selesainya blueprint mobil tadi. Ia lalu mempersiapkan pabrik produksi di kawasan yang sekarang bernama Wolfsburg. Saat itu si mobil purwarupa bernama “Type 1“.
Belum lagi memproduksi hingga ribuan mobil, produksi harus terhenti.
Perang Dunia II yang meletus pada 1939 memaksa pabrik VW beralih fungsi merakit dan mensuplai kendaraan militer. Antara lain, memproduksi model Kubelwagen dan Schwimmwagen yang merupakan kendaraan amfibi.
Vitalnya Kota Wolfsburg sebagai supplier armada militer tercium tentara sekutu. Malam hari 15 Oktober 1944, tak kurang 42 hulu ledak menghancurkan kota ini, termasuk pabrik Volkswagen.
Sejarah Kelam Volkswagen, Selamat Berkat Tentara Inggris
Pascaperang, Volkswagen berupaya bangkit dari kubur. Hanya saja kali ini bukan tokoh Jerman yang berperan penting di dalamnya.
Merek ini justru selamat berkat seorang tentara Inggris bernama Mayor Ivan Hirst. Ia berargumen keandalan armada militer Jerman lansiran Volkswagen telah terbukti semasa perang.
Namun status pabrik dan wilayah tersebut sebagai harta rampasan perang menjadi dinamika tersendiri. Di tangan hirst, pabrik mampu memproduksi 1.000 unit mobil per bulan di 1946. Padahal saat itu kondisi pabrik masih porak-poranda.
Baru pada 1948 pabrik dikembalikan kepada Jerman dan menjadi tulang punggung ekonomi Jerman Barat. Bahkan produksi Volkswagen “Type 1” mencapai 1 juta unit di tahun 1955.
Setelah masa-masa berat itu, Volkswagen terus berbenah. Ekspansi ke beberapa negara besar menjadi tujuan, termasuk Amerika Serikat.
Selain itu, lahir sejumlah model baru yang menemani Beetle, seperti Karmann Ghia dan Type 4. Tetapi model-model tersebut belum cukup menghadapi kancah otomotif dunia yang semakin bergejolak.
VW bergerak cepat dengan mengakuisisi perusahaan otomotif lain, seperti NSU dan Auto Union pada 1969. Nama terakhir merupakan cikal bakal dari brand Audi yang dari dulu terkenal canggih.
Transfer teknologi pun berlangsung lancar. Ini membuat VW dapat mengaplikasikan teknologi seperti suspensi McPherson Strut, penggerak roda depan, bahkan hingga sistem injeksi ke model-model yang baru akan rilis di dekade 1970-an.
Model itu antara lain Passat, Scirocco Polo, dan Golf yang kemudian akan menjadi tumpuan penjualan VW, utamanya untuk pasar mancanegara.
Dekade-dekade berikutnya tak lepas dari berbagai ekspansi. VW bahkan berani memutuskan kembali mengakuisisi merek otomotif pesaingnya, seperti Seat dan Skoda yang diposisikan di bawah VW.
Sedangkan Audi menyasar kelas mewah menantang BMW dan Mercedes Benz. Menjelang memasuki era milenium, tepatnya akhir tahun 1990-an, VW bahkan berhasil mencaplok merek mobil ultra mewah Bentley dan produsen supercar Bugatti. Itu membuat VW lambat laun tumbuh menjadi grup otomotif raksasa hingga saat ini.
Volkswagen Kembali Terhantam
Sayangnya perjalanan panjang mereka kembali terhantam batu besar.
Otoritas Amerika Serikat pada 2015 menguak ke publik skandal emisi mobil diesel buatan Volkswagen, “Dieselgate“.
Skandal itu tersibak setelah Environmental Protection Agency/EPA atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, bersama California Air Resources Board (CARB) melaporkan VW yang terindikasi menyematkan perangkat khusus di mobil diesel mereka. Tujuannya untuk mengakali agar lulus uji emisi di negara itu.
VW memasang perangkat ilegal tersebut pada kendaraan yang dijual di Amerika Serikat. Antara lain pada Audi, Seat, Skoda, Porsche, dan VW sendiri. Semua unit menggendong mesin 2.0 liter turbo diesel buatan Volkswagen.
EPA berpendapat, Audi dan mobil-mobil VW membuang nitrogen oksida (NOx) hingga 40 kali dari batas aman.
Total ada sekitar 11 juta unit kendaraan yang mengakali emisi. Petugas EPA mengatakan, pabrikan bisa kena denda hingga USD37.500 untuk tiap kendaraan yang melanggar regulasi udara bersih.
CEO VW Martin Winterkorn langsung meminta maaf kepada publik. “Kami memohon maaf telah merusak kepercayaan itu,” kata Martin.
Kebangkitan Kedua Volkswagen
Akibat kasus memalukan ini, Volkswagen harus merugi 1,6 miliar Euro atau setara Rp27 triliun. Plus sejumlah pejabat perusahaan yang mengetahui dan menginisiasi skandal ini harus masuk sel.
Inilah titik tolak kebangkitan kedua Volkswagen. Dari skandal itu, manajemen bertekad memberikan yang terbaik bagi lingkungan masa depan. Hasilnya kini mereka petik.
Volkswagen membuktikannya dengan gencar meriset mobil-mobil listrik yang nantinya akan menjualnya dalam sub-brand tersendiri. Apalagi Volkswagen Group punya anak perusahaan terbanyak di dunia.
Selain brand otomotif lain yang telah mereka miliki, Volkswagen juga berhasil masuk dalam kepemilikan di Lamborghini. MAN, Scania, hingga Ducati.
Penjualan dan keuantungan perusahaan pun berbanding lurus dengan lebarnya sayap bisnis mereka.
Dalam satu dekade belakangan, praktis hanya Toyota yang sanggup menggeser dan bergantian memuncaki merek terlaris di muka bumi.
Kini pabrikan otomotif besutan Hitler tersebut terkenal dengan kendaraan listriknya. Hingga hari ini, Volkswagen memiliki 100 pabrik yang beroperasi di 27 negara. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"