KONTEKS.CO.ID – Toyota Motor Corporation adalah penguasa industri otomotif dunia besutan Sakichi Toyoda. Tapi tahukah Anda bahwa cikal bakal pencapaian Toyota berasal dari sebuah mesin tenun?
Cerita sukses sejarah Toyota berawal pada 14 Februari 1867. Saat warga Amerika dan Eropa merayakan Hari Valentine, lahir Sakichi Toyoda dari pasangan Ikichi dan Ei Toyoda di Prefektur Shizuoka, Jepang.
Ayah Sakichi Toyoda, Ikichi, hanyalah petani miskin yang mencoba mencukupi hidup keluarganya dengan bekerja sampingan sebagai tukang kayu. Tetapi kepiawaiannya sebagai tukang kayu membuat banyak orang menyukai hasil pekerjaannya.
Sakichi Toyoda Suka Belajar Hal Baru
Lulus sekolah dasar, Sakichi mulai bekerja membantu ayahnya berniaga. Saat itu, penguasa Jepang berada di tangan Kaisar Meiji yang terkenal dengan Restorasi Meiji-nya.
Sejarah mencatat, masa kekuasaan Meiji adalah awal dari Jepang modern. Namun, perubahan tersebut malah menyeret desa Sakichi ke jurang kemiskinan.
Tak ingin menyerah dengan keadaan, pada usia 14 tahun, Sakichi Toyoda mempunyai cita-cita mulia. Ia berpikir bagaimana caranya ia bisa bermanfaat bagi warga desanya.
Saat tak ada pekerjaan menggarap kayu, dia melahap koran dan majalah. Tak ingin pintar sendiri, Sakichi membentuk kelompok belajar mandiri bersama pemuda desa.
Empat tahun kemudian, hadir Undang-Undang Monopoli atas Paten di Jepang. Dari pencermatannya atas UU tersebut, ia berusaha keras membuat penemuan baru.
Layaknya seorang ilmuwan profesional, Sakichi mencoba apapun dengan metode trial and error, Anak muda ini bereksperimen dengan berbagai sumber energi. Sayangnya upaya itu belum membuahkan hasil.
Suatu ketika, Sakichi melirik alat tenun tangan yang petani desanya gunakan untuk kebutuhan sandang keluarga. Dari pengamatannya, ia berupaya keras menemukan teknologi atau cara yang bisa meningkatkan efisiensi alat tenun tangan itu.
Pikirannya saat itu, jika alat itu tertemukan maka banyak orang desa yang bisa terbantu oleh teknologi tersebut.
Paten Pertama dalam Sejarah Toyota
Lalu ia mulai bekerja di gudang. Sejumlah alat tenun ia bongkar. Tindakannya itu membuat banyak warga desa menganggapnya aneh.
Bukan hanya membuat dan membongkar alat tenun, Sakichi juga rajin mencari referensi ke luar. Tahun 1890, dia pergi ke Ueno di Tokyo untuk melihat pameran mesin.
Di pameran ini, Sakichi kegirangan melihat banyak mesin baru dari pabrikan Jepang dan luar negeri yang hadir di ruang pamer. Rsa hausnya akan informasi terpenuhi.
Tak heran, setiap hari Sakichi selalu menyempatkan diri menikmati pameran di Ueno di Tokyo tersebut. Motifnya hanya satu, bisa memahami cara mesin itu bisa bekerja.
Hasilnya, di tahun yang sama, ia menemukan alat pertama hasil inovasinya. Penemuannya berupa alat tenun tangan kayu Toyoda.
Dari alat tersebut, setahun kemudian ia mengantongi paten pertama untuk alat tenun ini. Paten ini Sakichi dapatkan saat genap berumur 24 tahun.
Dengan alat tersebut, warga desa kini bisa menenum dengan satu tangan. Canggihnya lagi, men-delete ketidakrataan kain tenun yang berimbas pada tingginya kualitas. Bahkan ada efisiensi 40-50% dari alat tersebut.
Tak Pernah Puas
Tetapi Sakichi belum puas. Sebab, alat tenun itu masih beroperasi secara manual.
Selain itu, kecepatan dan efisiensinya masih sangat terbatas. Ia berupaya keras agar alat tenun besutannya bisa bergerak dengan tenaga listrik.
Satu tahun mengantongi paten, tepatnya pada 1892, Sakichi membangun pabrik kain kecil di Taito, Tokyo. Ia menggunakan sejumlah alat tenun tangan kayu buatannya sendiri.
Lalu hasil kainnya terdistribusikan ke pedagang grosir. Usahanya ini mempunyai reputasi yang baik.
Selain menjalankan pabrik, ia melanjutkan ambisinya menaikan level penemuannya.
Tahun 1893, pabriknya gulung tikar. Ia terpaksa kembali ke kampung halamannya. Lalu menumpang hidup dengan pamannya di Kota Toyohashi, Prefektur Aichi.
Ambisinya menemukan alat tenun listrik ternyata masih bergelora. Tahun 1894, Sakichi Toyoda berhasil menemukan mesin penggulung dan membangun perusahaan bernama Ito Shoten Co di Nagoya.
Sakichi lalu mengubah nama perusahaan dengan memasukan namanya, yakni Toyoda Shoten Co. Bisnis penjualan mesinnya berjalan mulus, sehingga kembali fokus menghadirkan alat tenun listrik.
Alat Tenun Listrik Pertama di Jepang
Hanya butuh dua tahun Sakichi akhirnya bisa mewujudkan cita-cita lamanya. Pada 1896, Toyoda mengenalkan alat tenun listrik pertama di Jepang.
Alat tenun listrik tersebut terbangun dari baja dan kayu. Mesinnya sendiri berjalan memanfaatkan tenaga uap dan menggunakan mekanisme auto stop.
Lebih menariknya lagi, harga mesinnya relatif murah dan meningkatkan produktivitas dan kualitas menenun warga Jepang.
Alat tenun bertenaga listriknya mendapat respons baik dari para buruh tenun.
Pada 1924 Sakichi menyempurnakan mesinnya dengan menciptakan Model G Automatic Loom yang pada akhirnya menjadi nama perusahaan. Namanya Toyoda Automatic Loom Works.
Menariknya, mesin tenun itulah yang membuat pekerja pabrik tak senang. Sebab, ini adalah mesin pertama di dunia yang tidak hanya otomatis, tapi juga dapat melakukan pekerjaan tanpa henti.
Mesin dapat mengganti ke benang baru dengan sendirinya. Bahkan tidak perlu berhenti bekerja dalam mode non-stop sehingga keterlibatan manusia sangat minimal.
Pada akhir abad ke-19, ia membangun pabrik tekstil bersama teman-temannya. Dengan menggunakannya sendiri, dia memiliki situasi ideal untuk menguji produksinya sendiri.
Sekaligus mengidentifikasi kekurangan, memodifikasinya dan akhirnya mendapatkan peralatan yang sangat baik.
Perusahaan serius memproduksi alat tenun otomatis rancangannya sendiri. Hebatnya, keberhasilan Sakichi Toyoda dalam otomasi produksi tenun terasa hingga jauh ke Inggris.
Sejarah Toyota Ada Berkat Hasil Penjualan Paten
Sayangnya bisnis tak selamanya bagus. Bisnis sutra menurun di kampung halaman mereka di Koromo, sehingga memaksa mereka menjual paten Model G.
Hak paten atas mesin tenun listrik otomatis yang “antiburuh” itu terjual kepada Platt Brothers & Co, Ltd. dari Inggris. Kabarnya paten terjual senilai 100.000 poundsterling.
Uang hasil penjualan paten menjadi modal dasar mengembangkan divisi otomotif. Sayangnya, sebelum divisi baru itu berkembang, pada 30 Oktober 1930 Sakichi Toyoda berpulang.
Semua bisnis perusahaan menurun kepada putranya, yakni Kiichiro Toyoda. Ada banyak cerita bagaimana dan mengapa Kichiro memutuskan terjun di industri otomotif.
Salah satunya adalah keinginan terakhir ayahnya sebelum ajal menjemput. Sakichi kabarnya memberi tahu putranya itu bahwa divisi otomotif adalah mimpinya yang harus terwujud.
Lalu divisi bernama Toyota Motor Corporation berdiri pada September 1933. Ini menjadi bagian dari Toyoda Automatic Loom Works.
Nama “Toyota” dipilih karena ternilai memiliki keberuntungan lebih baik dan lebih mudah dalam penulisan huruf Jepang.
Mobil Pertama dalam Sejarah Toyota
Tak butuh waktu lama bagi Kiichiro Toyoda untuk memproduksi kendaraan pertama. Tahun 1935, kendaraan pertama berupa truk Model G1 dan mobil penumpang Model A1.
Toyota G1 adalah truk pertama yang dibuat oleh perusahaan. Panjangnya 6 meter dapat membawa muatan 1,5 ton. Truk ini menjiplak truk kelas serupa milik Ford dan GM.
Sementara Toyota A1 hanya berupa purwarupa. Meluncur pada Mei 1935, mobil hanya terbangun sebanyak tiga unit dengan mesin berkapasitas 3.400 cc berkonfigurasi 6 silinder sejajar.
Dua bulan setelah debut Model A, mobil produksi massal kedua Toyota meluncur yakni Model AB Phaeton. Meskipun turunan konvertibel berlapis kanvas ini adalah model produksi yang tersedia secara komersial, model ini menyasar penggunaan militer.
Mempunyai kualitas sangat tinggi, harga mobil sangat mahal. Mereka hanya berhasil menjual 1.400 unit.
Ada tradisi menarik lainnya yang telah berpindah dari produksi tekstil alat tenun otomatis ke pekerjaan perakitan mobil. Jika salah satu pekerja menemukan masalah selama proses perakitan, maka semua produksi terhentikan dan cacat dihilangkan untuk mengurangi risiko produk cacat.
Tahun 1937, pabrikan menerima pesanan dari pemerintah untuk 3.000 truk. Ini menjadi jaminan keuntungan bagi mereka yang mau berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan kendaraannya sendiri.
Jepang merasa sudah waktunya untuk berhenti menyalin teknologi orang lain. Melalui dana dari pesanan ini, sebuah pabrik mobil terpisah terbangun di Kota Koromo.
Kota ini pada akhirnya akan menjadi jantung kota dan bahkan menjadi Detroit-nya Jepang.
Toyota mulai menerapkan strategi produksi siklus penuh secara sederhana dengan membeli atau membuka perusahaan. Ini demi menjaga produksi komponen dan segala sesuatu yang diperlukan untuk merakit mobil.
Hasilnya, mereka tidak lagi terancam oleh kegagalan pasokan dan gangguan produksi atau penghentian produksi. Semua rantai pasokan ada di tangan mereka.
Pemesanan ribuan truk ternyata terkait ekspansi militer Jepang. Ya, Toyota menjadi bagian penting bagi Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia ke-2.
Sementara industri tekstil Toyota mengambil bagian aktif dalam menyediakan seragam tentara.
Hancur karena Perang, Kiichiro Toyoda Tak Mau Menyerah
Sayangnya, Perang Dunia II menghancurkan industri di Jepang. Sebagian besar infrastruktur perusahaan Toyota hancur akibat perang. Namun Kiichiro tak mau menyerah.
Ia mengambil keputusan untuk memproduksi mobil baru. Tahun 1947, di antara reruntuhan negara yang menyerah dalam perang, pabrikan memunculkan mobil barunya yang memiliki desain bodi menyerupai kumbang Volkswagen.
Sayangnya krisis ekonomi membuat rakyat Jepang kesulitan membeli motor, apalagi mobil. Tak heran, sepanjang tahun 1947 hingga 1952, Toyota hanya memproduksi 300 mobil.
Hampir bangkrut, mereka memangkas pekerja yang berujung pada kerusuhan dan pemogokan. Masalah ini membuat Kiichiro Toyoda jatuh sakit parah.
Akhirnya, manajemen memutuskan untuk membentuk dewan manajer puncak. Lalu musim semi tahun 1950, perusahaan masih membuat keputusan yang tidak menyenangkan terkait pensiun sukarela.
Lebih dari 1.100 karyawan mogok dan skalanya membesar selama dua bulan berturut-turut. Kerusuhan terus berlanjut di antara pekerja yang mendapat dukungan dari serikat pekerja.
Imbasnya, volume produksi turun 70%. Ini situasi yang mematikan bagi perusahaan. Di sanalah Kiichiro Toyoda bertindak seperti bak seorang samurai.
Pada bulan Juni 1950, ia mengumumkan pengunduran dirinya dengan mengakui kesalahannya. Lalu dia mengambil tanggung jawab untuk dirinya sendiri.
Tindakan seperti itu mendinginkan suasana di antara pekerja karena mereka menghormati bosnya itu. Pemogokan berhenti dan perusahaan sedang menuju pemulihan.
Untuk itu, perusahaan harus mendapatkan pinjaman besar untuk tetap bertahan.
Tertolong Perang Korea dan Inovasi Karyawan
Sekali lagi, perang menolong Toyota. Pada 1952, pecah perang Korea sehingga tentara AS membutuhkan kendaraan militer. Lalu Amerika menyadari bahwa Toyota siap melakukan apa pun dan memiliki banyak pengalaman dalam pembangunan truk.
AS pun meminta Toyota meproduksi lebih dari 4.500 truk tentara dan truk lainnya. Di saat yang sama,Kiichiro meninggal pada 1952.
Setelah Perang Dunia II berakhir dan ada pendanaan dari peperangan Korea, Toyota mulai memodernisasi produksi, memperkenalkan inovasi, dan mengembangkan produknya.
Manajemen mengundang karyawan untuk mencetuskan ide-idenya untuk meningkatkan proses apa pun. Kalau ide tersebut bagus dan teradopsi, karyawan tersebut menerima bonus.
Mereka tak lagi menjiplak merek lain untuk memproduksi kendaraannya. Semua orang percaya bahwa mereka memerlukan terobosan yang memungkinkannya menjual mobil ke orang asing.
Pasca-Perang Dunia II Kebanjiran Pesanan
Terobosan itu membuat Toyota kebanjiran pesanan negara lain untuk produksi taksi, mobil dinas dan polisi. Hasil pengerjaan pesanan ini salah satunya adalah model Toyota Crown yang berumur paling lama.
Ini adalah pengembangan sepenuhnya Jepang, bahkan tidak ada satu baut pun yang dipinjam dari model Eropa dan Amerika. Semuanya milik Jepang sendiri.
Mereka juga menciptakan SUV sipil berpenggerak semua roda. Inilah awal kemunculan Land Cruiser Toyota yang legendaris.
Perusahaan dengan percaya diri memperluas jangkauan modelnya pada 1957 dengan memasuki pasar AS. Mereka mengekspor Toyota Land Cruiser dan Toyota Crown.
Tingkat pertumbuhannya luar biasa pada terjadi pada 1955. Lebih dari 8.000 mobil per tahun mereka produksi dan tahun 1965 sudah memproduksi 600.000 mobil per tahun. Tak lama kemudian angka 1 juta mobil yang diproduksi terlampaui.
Pada akhir 1960-an, Toyota Corolla tercatat sebagai mobil terlaris di dunia dan ini ada dalam catatan Guinness Book of Record.
Tahun 2022, Toyota berhasil membuat 10.610.604 unit mobil baru. Mereka kembali menjadi pabrikan nomor satu dalam penjualan mobil di dunia. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"