KONTEKS.CO.ID – Merek Kawasaki dengan ciri khas warna hijau ini menjual KLX 150 dan D-Tracker, sekalipun keduanya pakai basis yang sama. Lantas, apa perbedaan dari KLX dan D-Tracker?
Walaupun secara tampang mirip, sebenarnya KLX berbeda fungsi dengan D-Tracker.
KLX merupakan motor off-road, sedangkan D-Tracker motor untuk di medan perkotaan. Kita bisa langsung mengetahuinya dari ban yang dipakai.
1. Suspensi
Meski sekilas sama, perbedaan utama terletak pada sektor kaki-kaki. Atas dasar penyesuaian kebutuhan, KLX 150 dibekali fork jenis teleskopik (versi standar). Selain lebih murah, tentu saja ada pertimbangan terkait optimalisasi peredamannya, terutama di medan off-road yang lumayan berat.
Sementara D-Tracker sudah menggunakan suspensi depan model upside down (USD). Lantaran hanya diperuntukkan rute aspal, kinerja peredam kejut ini pastilah lebih stabil dan rigid. Terlebih saat melajukannya pada jalan menikung. Memang diameter (35 mm) bukan yang paling besar.
​​​​​​​2. Ukuran Roda
Garpu pada D-Tracker itu kemudian disandingkan dengan perangkat roda ukuran 10/80-17. Dilengkapi pula penghenti laju dua piston berpelengkap floating disc brake 300 mm. Sedangkan penahan roda 120/70-17 di belakang, mengandalkan tugas rem satu piston cakram 220 mm.
Tak seperti KLX 150 yang justru memakai ukuran roda belang (19-16 inci). Suspensi depannya bertugas mengawal roda 70/100-19, lantas dibantu pengereman cakram 240 mm. Lalu di belakang terdapat ban 90/100-16, beserta cakram 190 mm. Dapat dilihat D-Tracker memiliki ukuran cakram lebih besar, baik depan maupun belakang.
3. Dimensi
Perbekalan tadi rasanya pun bakal menciptakan gap antara KLX 150 dengan D-Tracker. KLX 150 punya PxLxT: 2.050 x 830 x 1.115 mm, Sedangkan D-Tracker: 2.015 x 830 x 1.130 mm. Betul KLX lebih panjang, namun dia sedikit pendek dari D-Tracker.
Pastilah karena USD si supermoto yang lebih panjang. Oleh sebab itu ground clearance D-Tracker mencapai 270 mm. Sementara jarak terendah KLX adalah 255 mm. Berkat adanya USD pula, D-Tracker kelebihan bobot 2 kg (118 kg) dibanding KLX (116 kg).
Meski punya berat berlebih, D-Tracker tidak dirugikan menyoal performa. Modal jantung mekaniknya sama yaitu mesin SOHC satu silinder 4-tak berdaya 11,8 Hp/8.000 rpm dan torsi 11,3 Nm di putaran 6.500 rpm. Performa keduanya tersalurkan melalui transmisi 5 percepatan.
4. Varian
Anda jangan berharap ada livery khas geng hijau pada KLX 150 terbawah. Unit paling bawah ini cuma menyediakan satu warna, yakni hitam dengan penambahan decal merah. Pilihan itu justru hadir pada D-Tracker. Untuk D-Tracker standar, ada opsi warna hijau dan merah.
Selain edisi entry level. KLX 150 maupun D-Tracker juga hadir dalam beberapa opsi. Pada unit trail ada opsi KLX150L dan KLX150BF hingga KLX150BF SE. Lalu pada model supermoto terdapat D-Tracker SE. Tipe ini menyediakan padu padan kelir dan decal mentereng, plus USD berwarna gold.
Ketersediaan D-Tracker dan KLX, kenyataannya tak terpaku pada kubikasi 150 cc saja. Pasalnya, PT Kawasaki Motor Indonesia turut pula menyediakan pilihan KLX 230, KLX 230 SE sampai KLX 250. Sementara itu, unit D-Tracker bermesin lebih besar hanya ada pada versi D-Tracker X (250 cc).
5. Harga
Kami sepakat D-Tracker adalah keturunan KLX. Kendati begitu, banderolnya tak dapat disetarakan dengan edisi penggaruk tanah. D-Tracker standar dipatok Rp 33,7 juta. Terpaut Rp 3 juta dari KLX150 paling bawah (Rp 30,7 juta).
Sebaliknya pada versi 150 cc termahal, KLX punya harga jual lebih mahal (Rp 37,3 juta) ketimbang D-Tracker SE yang dilego Rp 35,5 juta.
Selisih harga tipis justru dapat ditemui antara KLX 250 (Rp 65,1 juta) dan D-Tracker X (65,7 juta). Mestinya tak jadi soal, walau menebus D-Tracker versi 250 cc itu dengan harga Rp 600 ribu lebih mahal.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"