KONTEKS.CO.ID – Harga mobil di Singapura bikin geleng-geleng kepala. Jika Anda pikir harga mobil di Indonesia supermahal, itu adalah pemikirian yang salah.
Di sana, baru niat punya kendaraan saja warganya sudah digetok pajak yang tinggi. Itu belum termasuk harga mobil di Singapura yang terkenal mahal.
Memiliki mobil di Singapura, salah satu negara termahal di dunia, selalu menjadi sebuah kemewahan. Bahkan sekarang biaya kepemilikan kendaraan di sana telah melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa.
Certificate of Entitlement (Sertifikat Hak) yang berdurasi 10 tahun, yakni surat izin yang harus masyarakat beli sebelum boleh membeli kendaraan– kini harganya mencapai rekor minimum Rp1,2 miliar. Angka ini lebih dari empat kali lipat daripada harga pada tahun 2020, menurut Otoritas Transportasi Darat Singapura.
Dan itu hanya membeli hak untuk membeli mobil standar Kategori A. Yakni kendaraan dengan mesin kecil hingga sedang 1.600cc atau lebih rendah.
Mereka yang menginginkan sesuatu yang lebih besar atau lebih mencolok seperti SUV harus mengeluarkan Rp1,7 miliar untuk lisensi Kategori B. Jumlahnya naik dari Rp1,6 miliar.
Lalu ada biaya kendaraan itu sendiri yang perlu dipikirkan.
Harga Mobil di Singapura Kian Tak Terjangkau
Sistem kuota Singapura kenalkan pada 1990 untuk meminimalkan lalu lintas dan mengurangi emisi di negara kota yang kekurangan ruang. Sementara berpenduduknya berjumlah 5,9 juta jiwa.
Namun negara tetangga Indonesia ini memiliki jaringan transportasi umum yang mengesankan.
Inilah yang membuat mobil tidak terjangkau oleh rata-rata penduduk Singapura dengan median pendapatan rumah tangga bulanan pada 2022 sebesar Rp115 juta, menurut Departemen Statistik setempat.
Ricky Goh, pekerja dealer mobil setempat, mengatakan, dirinya ‘hampir pingsan’ ketika mendengar kenaikan harga. “Penjualan sudah sangat buruk. Selain itu, hal ini akan berdampak lebih buruk bagi bisnis,” katanya kepada CNN, Jumat 6 Oktober 2023.
Sedangkan Wong Hui Min, ibu dari dua anak, mengatakan, dia mungkin perlu memikirkan kembali ketergantungannya pada mobil. Meski sebagian besar digunakan untuk keluarganya.
“Saya sering berlarian, mengantar anak-anak saya ke dan dari sekolah, juga untuk kegiatan lain seperti les renang dan les. Aku butuh mobilku. Naik taksi atau berbagi tumpangan ke mana pun tidak nyaman bagi saya,” katanya.
“Sebuah keluarga di Singapura rata-rata harus menabung bertahun-tahun hanya untuk membeli mobil guna membantu memenuhi kebutuhan mereka,” lanjut Wong, sambil menambahkan, “Saya tidak tahu apakah saya mampu mempertahankan mobil saya dalam jangka panjang.”
Bagi sebagian orang, pengumuman tersebut hanyalah pukulan finansial terbaru.
Penduduk setempat mengatakan bahwa hidup di Singapura, yang sudah menduduki peringkat kota termahal di dunia, menjadi sangat mahal dalam beberapa tahun terakhir di tengah inflasi yang terus-menerus, meningkatnya biaya perumahan umum, dan melambatnya perekonomian.
Namun para pendukung sistem kuota mengatakan sistem ini telah membantu Singapura terhindar dari kemacetan yang biasa terjadi di ibu kota Asia Tenggara lainnya seperti Bangkok, Jakarta dan Hanoi.
Mereka yang tidak mampu membeli Certificate of Entitlement juga dapat memanfaatkan sistem transportasi umum Singapura yang luas, seperti yang mereka sebutkan.
Jika tidak uang, ada pilihan untuk mendapatkan sepeda motor. Izinnya relatif murah yakni Rp124 juta. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"