KONTEKS.CO.ID – BMW meningkatkan penawaran mobil baterainya dan berkomitmen membuat setengah dari mobil EV baru dari Group pada 2030. Namun bos BMW berpikir hidrogen akan menjadi kendaraan yang diinginkan.
Bos BMW, Oliver Zipse, mengatakan, pasar hidrogen beberapa tahun di belakang listrik. Tetapi segera menjadi pemain utama.
“Setelah mobil listrik, yang telah berlangsung selama sekitar 10 tahun dan berkembang pesat, tren berikutnya adalah hidrogen,” kata Zipse dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg.
“Ketika lebih terukur, hidrogen akan menjadi hal paling keren untuk dikendarai,” katanya lagi.
BMW adalah salah satu dari beberapa pembuat mobil yang telah terlibat dalam pengembangan mobil bertenaga hidrogen dalam dua dekade terakhir. Baru-baru ini mereka mengumumkan iX5, SUV X5 berbahan bakar hidrogen yang akan mulai diproduksi akhir 2022.
OEM lain yang paham hidrogen adalah Mercedes, Honda dan Toyota. Bahkan duo Jepang telah menjual kendaraan sel bahan bakar beberapa tahun lalu.
Tetapi ambisi BMW untuk hidrogen tidak terbatas pada merek BMW. Pabrikan dapat memperluas ke merek lain dalam portofolio BMW.
Berbicara bersama Zipse di Goodwood HQ Rolls Royce malam sebelum peluncuran Rolls Spectre EV baru, bos merek mewah Inggris, Torsten Müller-Ötvös, mengatakan, ide hidrogen Rolls Royce sepenuhnya dapat diwujudkan.
“Untuk rumah, katakanlah, baterai sel bahan bakar: Mengapa tidak? Saya tidak akan mengesampingkan hal itu,” ucap Müller-Ötvös.
“Ada keyakinan di grup bahwa ini (mobil hidroden) mungkin masa depan jangka panjang,” katanya lagi.
Hanya Zipse mengingatkan, tidak ada satu sumber daya yang begitu sempurna sehingga harus mengesampingkan lain. Tenaga listrik masuk akal di daerah perkotaan di negara maju di mana ada akses siap pakai ke infrastruktur pengisian daya, tetapi dalam situasi lain hidrogen bisa lebih disukai.
“Untuk mengatakan di Inggris sekitar tahun 2030 atau di Eropa pada 2035, hanya ada satu drivetrain, itu adalah hal yang berbahaya,” kata Zipse kepada wartawan.
“Untuk pelanggan, untuk industri, untuk pekerjaan, untuk iklim, dari setiap sudut yang Anda lihat, itu adalah jalan yang berbahaya untuk ditempuh,” pungkasnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"