KONTEKS.CO.ID – Produsen mobil China sedang bersiap untuk mendarat di Amerika. Di antara pabrikan itu, di antaranya BYD dan Nio.
Kedua produsen mobil China itu telah berjanji untuk mulai mengirimkan kendaraan ke pelanggannya AS pada tahun-tahun mendatang.
Pandemi COVID-19 dan kondisi pasar telah mendorong rencana peluncuran pasar beberapa produsen mobil di Amerika Utara hingga paruh akhir dekade ini.
Tidak ada keraguan bahwa pasar ini sangat sulit, bahkan untuk merek-merek yang telah berdiri selama puluhan tahun di negara ini. Volkswagen, Alfa Romeo, Fiat, Mitsubishi dan Mazda terus berjuang untuk merebut pangsa pasar.
Produsen mobil Amerika, termasuk produsen mobil asing yang memproduksi secara lokal, akan terpaksa menyesuaikan diri dengan masuknya merek-merek baru dan meningkatnya persaingan.
Dan, semua pihak akan tunduk pada pembatasan dan insentif yang diakibatkan oleh Undang-Undang Penurunan Inflasi.
Hal ini terjadi pada saat pasar otomotif China sedang meningkat. Produsen mobil nasional Negeri Panda terperkirakan akan menjual lebih banyak dari produsen mobil asing untuk pertama kalinya tahun ini di negara tersebut. Mereka memanfaatkan penurunan penjualan General Motors dan Ford Motor Company milik Amerika.
Selain itu, industri otomotif negara ini kini memimpin ekspor global untuk pertama kalinya. Menurut perusahaan konsultan global Alix Partners Global Automotive Outlook, China mengalahkan pesaingnya seperti Jerman dan Jepang.
Perbandingan Pasar AS dan China
Pasar otomotif China sangat besar, menghasilkan lebih dari 23 juta kendaraan baru pada 2022 ketimbang 14 juta yang terjual di Amerika Serikat.
Mereka menawarkan keringanan pajak besar-besaran untuk kendaraan listrik, dengan pemerintah mengeluarkan USD28 miliar untuk subsidi dari tahun 2009 hingga 2022, menurut China Dialogue. Ini adalah organisasi nirlaba independen yang berfokus pada berita iklim dan lingkungan negara tersebut.
Produsen mobil China yang mengimpor model mereka ke AS untuk akan terkena tarif impor sebesar 25% yang mulai berlaku pada masa Trump. Nilai ini di luar tarif standar impor sebesar 2,5% yang berlaku untuk kendaraan yang terbuat di luar negeri.
Baterai kendaraan listrik yang dibuat di negara-negara di luar AS juga terkena tarif tersendiri.
Selain itu, model China dan pembelinya akan semakin terdisinsentif karena mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan seluruh insentif pajak dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi.
“Agar GM dan Ford sukses di China saat ini – jajaran lengkap kendaraan listrik (termasuk hibrida) yang (secara teknologi) kaya fitur dan harga bersaing dengan tim pengembangan produk mereka mengeluarkan produk dan fitur baru setiap enam hingga sembilan bulan. Bahkan Tesla yang perkasa telah gagal mengimbangi ‘China EV Inc.’ dan perlu pemotongan harga agar produknya tetap bergerak,” ungkap Tu Le dari Sino Auto Insights, analis yang berbasis di Beijing kepada Newsweek.
Produsen Mobil China Terkait Negara Barat
Banyak produsen mobil China sudah terikat dengan Amerika melalui usaha patungan dan berbagi teknologi, termasuk tiga dari empat perusahaan terbesar. Dongfeng Motor Corporation mengoperasikan usaha patungan dengan Stellantis.
Lalu Changan memiliki perjanjian dengan Ford dan Mazda. SAIC (Shanghai Automotive Industry Corporation) mempunyai usaha dengan Buick, Chevrolet dan Volkswagen.
“Merek-merek lokal China sangat fokus dalam mengintegrasikan CASE ke dalam kendaraan dengan harga yang menarik. Juga kecepatan yang lebih cepat daripada produsen mobil tradisional,” ucap Mark Wakefield, co-leader global praktik otomotif dan industri di AlixPartners.
Ia baru saja merilis laporan yang mengacu pada teknologi yang terhubung, teknologi otonom, mobilitas bersama, dan listrik.
“Untuk bersaing, perusahaan otomotif perlu terdorong oleh teknologi baru. Serta mengadopsi pola pikir penantang dengan selera risiko seperti perusahaan startup,” ujarnya.
Laporan tersebut menemukan bahwa perusahaan-perusahaan China tampaknya lebih baik dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cepat. Sedangkan perusahaan-perusahaan Amerika terdorong oleh teknologi dan mengalami kesulitan untuk meninggalkan proses pengembangan produk tradisional.
“Mereka terlalu berhati-hati ketika membawa teknologi baru ke pasar dan mengeluarkan uang terlalu banyak. Padagal hal-hal itu tidak terlalu terhargai oleh pelanggan saat ini,” laporan tersebut menyimpulkan.
AlixPartners menemukan bahwa merek kendaraan listrik China memiliki penetrasi sistem bantuan pengemudi canggih 11 poin persentase lebih tinggi daripada merek non-China di segmen harga kelas menengah dengan volume tertinggi di sana.
Kendaraan listrik China juga lebih sering mengalami perubahan, yaitu 1,3 tahun di pasaran, terbandingkan dengan 4,2 tahun untuk merek non-China yang sebagian besar menawarkan mesin pembakaran internal. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"