KONTEKS.CO.ID- Chairil Anwar adalah seorang penyair dan sastrawan Indonesia yang lahir pada 26 Juli 1922 di Medan, Sumatera Utara dan meninggal dunia pada usia 27 tahun pada tanggal 28 April 1949 di Jakarta.
Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam sastra Indonesia dan diakui sebagai pelopor dalam penggunaan bahasa Indonesia yang modern dan ekspresif.
Chairil Anwar merupakan anak kedua dari pasangan Abdul Muis dan Saleha.
Ayahnya adalah seorang sastrawan terkenal pada masa itu. Chairil Anwar menghabiskan masa kecilnya di Padang, Sumatera Barat.
Pada tahun 1939, ia pindah ke Jakarta dan melanjutkan sekolahnya di SMA Nasional.
Pada tahun 1942, Chairil Anwar bergabung dengan angkatan laut Jepang selama pendudukan Jepang di Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Chairil Anwar bekerja sebagai wartawan untuk surat kabar Indonesia Raya.
Karya-karyanya sangat berpengaruh pada sastra Indonesia.
Puisi-puisinya terkenal dengan bahasa yang lugas, modern, dan penuh emosi.
Beberapa puisi terkenalnya antara lain “Aku”, “Krawang-Bekasi”, dan “Perpisahan”.
Dia juga dikenal sebagai penulis prosa, seperti novel “Tutur Tua” dan kumpulan cerita pendek “Deru Campur Debu”.
Meskipun usianya yang sangat muda, karya-karyanya sangat dihargai dan diakui oleh para penulis dan sastrawan pada masanya.
Bahkan, ia dijuluki sebagai “pusat dunia” oleh para pengarang muda Indonesia pada masa itu.
Namun, kematian penyair yang begitu cepat ini membuat karya-karyanya tidak dapat diteruskan.
Meskipun demikian, pengaruhnya dalam dunia sastra Indonesia sangat besar dan karya-karyanya tetap dihargai hingga saat ini.
Karya-karya Chairil Anwar telah menjadi bagian penting dalam sejarah dan perkembangan sastra Indonesia.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"