KONTEKS.CO.ID —Â Hari Raya Waisak adalah salah satu perayaan penting bagi umat Buddha di seluruh dunia.
Merayakan kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha, Hari Raya Waisak dianggap sebagai perayaan yang paling penting dalam agama Buddha.
Perayaan ini dirayakan pada tanggal purnama bulan Waisak yang jatuh pada bulan April atau Mei setiap tahunnya.
Sejarah Hari Raya Waisak
Sejarah Hari Raya Waisak dimulai pada tahun 563 SM, ketika seorang pangeran bernama Siddhartha Gautama dilahirkan di sebuah kota kecil di Nepal yang sekarang dikenal sebagai Lumbini.
Setelah menghabiskan waktu sebagai seorang pangeran, Gautama memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi seorang pertapa.
Selama enam tahun, Gautama berkeliling India mencari jalan untuk mengatasi penderitaan dan kemudian duduk di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, di mana ia mencapai pencerahan.
Dia menjadi Buddha atau sang Tathagata, yang berarti “mereka yang datang sejauh itu” atau “mereka yang telah mencapai tujuan”.
Setelah mencapai pencerahan, Buddha menghabiskan sisa hidupnya mengajarkan Dharma atau ajaran-ajaran yang ditemukan selama pencariannya, kepada pengikutnya.
Ia meninggal pada usia 80 tahun pada bulan Waisak. Pada saat kematiannya, langit terang benderang dan ada tanda-tanda ajaib lainnya yang menandakan kepergiannya.
Makna Hari Raya Waisak
Hari Raya Waisak memiliki banyak makna yang dalam bagi umat Buddha. Salah satu maknanya adalah kelahiran Buddha, yang menunjukkan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang suci dan berharga.
Selain itu, perayaan ini juga merayakan pencerahan Buddha, yang menunjukkan bahwa ada jalan menuju kebebasan dari penderitaan dan bahwa setiap orang dapat mencapainya melalui praktik meditasi dan mempraktikkan ajaran Buddha.
Selain itu, Hari Raya Waisak juga merayakan kematian Buddha, yang menunjukkan bahwa kehidupan tidak abadi dan bahwa kematian adalah bagian dari siklus kehidupan yang alami.
Pada hari ini, umat Buddha juga mempraktikkan ajaran Buddha dengan memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan melakukan kegiatan yang positif.
Kegiatan Positif saat Hari Raya
Selain itu, Hari Raya Waisak juga menjadi momen penting bagi umat Buddha untuk merenungkan kembali ajaran Buddha dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka merenungkan tentang kasih sayang, dan ajaran kebijaksanaan dari Buddha dan memperkuat tekad mereka untuk mempraktikkannya dalam kehidupan mereka.
Hari Raya Waisak adalah perayaan penting bagi umat Buddha di seluruh dunia yang merayakan kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha.
Perayaan ini memiliki banyak makna yang dalam, termasuk penghormatan terhadap kehidupan yang suci dan berharga, jalan menuju kebebasan dari penderitaan, pengakuan terhadap siklus alami kehidupan, serta refleksi dan aplikasi ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
Hari Raya Waisak juga merupakan momen penting bagi umat Buddha untuk bersatu dan berdoa bersama.
Di seluruh dunia, umat Buddha berkumpul di kuil-kuil mereka untuk merayakan perayaan ini. Mereka mengenakan pakaian serba putih, dan melakukan puja atau ritual persembahan, membaca doa, dan meditasi bersama.
Selain itu, Hari Raya Waisak juga menjadi momen untuk memberikan bantuan dan melakukan kegiatan positif.
Seperti halnya, mengunjungi panti jompo, panti asuhan, dan memberikan sumbangan untuk orang yang membutuhkan. Hal ini sejalan dengan ajaran Buddha tentang kasih sayang dan kebaikan hati.
Perayaan Lentera dan Obor
Beberapa negara, seperti Indonesia dan Thailand, juga mengadakan parade dan perayaan dengan memajang patung Buddha dan menerangi lingkungan dengan lentera dan obor.
Yang hadir dalam perayaan ini tidak hanya umat Buddha. Tetapi juga oleh masyarakat umum yang ingin memperluas pemahaman mereka tentang ajaran Buddha dan merayakan keberagaman budaya.
Dalam momen Hari Raya Waisak adalah perayaan penting bagi umat Buddha. Di seluruh dunia yang merayakan kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha pada hari ini.
Perayaan ini memiliki banyak makna yang dalam, termasuk penghormatan terhadap kehidupan yang suci dan berharga.
Dan merupakan jalan menuju kebebasan dari penderitaan, pengakuan terhadap siklus alami kehidupan.
Serta ini adalah refleksi dan aplikasi ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, perayaan ini juga menjadi momen penting untuk bersatu, berdoa bersama, memberikan bantuan dan melakukan kegiatan positif.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"