KONTEKS.CO.ID – Gunung berapi yang aktif seringkali melepaskan jutaan meter kubik material panas dalam bentuk lava saat meletus. Lava ini terdiri dari batu, kerikil, pasir, dan abu. Aliran lava yang keluar dari gunung berapi terkenal dengan sebutan lahar.
Menurut laman Magma Indonesia oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), lahar adalah aliran lava yang tercampur dengan air atau lumpur. Akibatnya, sifat panas dari lava menjadi hilang.
Karena kesamaan sifatnya dengan air, lahar akan selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Lahar mengalir membawa material yang sebelumnya terbawa oleh lava, dengan tambahan air atau lumpur.
Ada dua jenis lahar yang berbeda, yaitu lahar dingin dan lahar panas. Apa perbedaannya?
- Lahar Dingin
Lahar dingin mengandung debu, lumpur, beserta material vulkanik lain yang terjadi ketika lava mengalir dan bercampur dengan air atau lumpur telah dingin.
Campuran air dingin dengan lava menyebabkan sifat panas lava menjadi dingin. Dampaknya, lahar dingin memiliki warna abu-abu dan tekstur yang agak kental.
Lahar dingin biasanya mengalir melalui sungai atau daerah yang lebih rendah. Saat terjadi letusan, lava sengaja dialirkan ke sungai untuk menjadi lahar dingin.
Namun, jika jumlah lahar dingin melebihi kapasitas aliran sungai, lahar tersebut akan meluap dan mengalir ke daerah sekitarnya. Pemukiman penduduk di sepanjang bantaran sungai sering kali menjadi tempat lahar dingin meluap.
Lahar dingin memiliki dampak langsung yang berbahaya bagi manusia karena volumenya yang besar yang tidak dapat ditampung oleh sungai. Hal ini mengancam pemukiman manusia dengan material yang dibawa oleh lahar.
- Lahar Panas
Lahar panas terbentuk ketika lava mengalir dan bercampur dengan air panas. Air panas ini berasal dari endapan air hujan di sekitar gunung api.
Air hujan yang terkumpul membentuk kolam di dasar kawah. Dasar kawah ini memiliki sifat tahan air dan dapat menyerap air.
Ketika meletus, pergerakan magma menyebabkan air yang terperangkap menjadi panas dan lava yang mengalir bersatu dengan air panas, membentuk lahar panas.
Warna lahar panas berbeda dengan lahar dingin karena campuran dengan air. Lava yang mengalir dan menggabungkan dengan air panas menghasilkan warna yang mirip dengan besi cair.
Lahar panas umumnya terjadi di gunung berapi yang memiliki kolam kawah. Meskipun lahar panas memiliki suhu tinggi, suhunya akan turun secara drastis dan tidak mencapai 100 derajat Celsius.
Berbeda dengan lahar dingin, lahar panas tidak membawa material sebanyak lahar dingin. Namun, lahar panas tetap berbahaya bagi manusia karena suhunya yang tinggi dapat menyebabkan luka bakar.
Dalam menghadapi ancaman lahar, penting bagi masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi untuk memahami perbedaan dan bahaya dari lahar dingin dan lahar panas.
Kewaspadaan dan pengetahuan yang baik dapat membantu melindungi diri dan mengurangi risiko akibat letusan gunung berapi.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"