KONTEKS.CO.ID – Stereotip seringkali timbul tanpa dasar yang kuat dan bisa memunculkan sikap negatif terhadap individu atau kelompok tertentu, seperti Bullying misalnya.
Dalam banyak kasus, perilaku seseorang terhadap orang lain bisa berbeda bahkan mungkin tidak menyadari bahwa sedang terpengaruh pola pikir internal mereka.
Pola pikir semacam ini cenderung membuat orang menganggap bahwa orang dari kelompok tertentu memiliki karakteristik yang sama.
Pemikiran semacam ini berkembang dari cara manusia memproses informasi dari lingkungannya. Manusia cenderung mengelompokkan informasi yang mereka terima ke dalam kategori-kategori tertentu.
Akibatnya, setiap orang bisa mendapatkan label atau julukan khusus hanya karena asal kelompoknya.
Meskipun kemampuan untuk mencerna informasi secara cepat adalah baik, namun hal ini bisa menyebabkan persepsi yang salah jika tidak melalui pemikiran logis dan rasional.
Inilah awal mula terbentuknya stereotip, yang sayangnya sulit kita hindari. Bahkan, artikel dalam Current Directions in Psychological Science menegaskan bahwa stereotip adalah kebutuhan psikologis dasar ketika seseorang merasa tidak nyaman dengan situasi ambigu di sekitarnya.
Beberapa jenis stereotip yang sering muncul di masyarakat meliputi:
Rasisme
Stereotip macam ini berdasarkan ras atau kelompok nasional seseorang. Rasisme sering kali berkaitan dengan prejudice atas dasar warna kulit, karena warna kulit merupakan tanda yang paling terlihat dari ras seseorang.
Bahkan, rasisme bisa terjadi di antara orang dengan warna kulit yang sama, terkait dengan latar belakang etnis dan aspek budaya lainnya.
Seksisme
Jenis stereotip berdasarkan gender, baik terhadap perempuan maupun laki-laki. Namun, perempuan cenderung menjadi korban lebih besar dari seksisme.
Ageism
Stereotip terhadap seseorang berdasarkan usia, baik itu usia tua atau muda. Bentuk stereotip ini terkenal sebagai ageism dan pertama kali Robert Neil Butler ungkap pada tahun 1969.
Classism
Perlakuan yang berbeda terhadap orang lain berdasarkan kelas sosial mereka terutama prasangka terhadap orang miskin.
Stereotip ini biasanya untuk mempertahankan posisi sosial yang dominan juga bisa meningkatkan kesenjangan antara golongan kaya dan miskin.
Nasionalisme
Ide dan gerakan yang mempromosikan kepentingan sekelompok orang dan membuat mereka merasa lebih unggul dibandingkan individu dari latar belakang agama, etnis, atau budaya lain.
Homofobia
Perlakuan negatif terhadap orang-orang homoseksual seperti lesbian dan gay. Stereotip semacam ini bisa menimbulkan ketakutan, intoleransi, dan kebencian irasional.
Xenophobia
Rasa takut atau kebencian terhadap orang asing, yang dapat mendorong perilaku kejam terhadap orang-orang yang berbeda dengan diri sendiri.
Stereotip terhadap Agama
Berbagai jenis stereotip terhadap agama dan kepercayaan tertentu bisa menghasilkan perlakuan yang berbeda dan cenderung negatif terhadap seseorang atau kelompok tertentu.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"