KONTEKS.CO.ID – Bumi terdiri dari berbagai jenis lapisan, salah satunya adalah pedosfer.
Pedosfer adalah lapisan tanah yang menutupi seluruh permukaan bumi dan terletak di atas litosfer. Ilmu yang mempelajari pedosfer disebut pedologi.
Contoh pembentukan pedosfer:
- Gletser di kriosfer menghancurkan batuan litosfer sehingga menjadi tanah.
- Curah hujan dan aliran sungai (hidrosfer) yang secara perlahan mengikis batuan litosfer ke dalam tanah.
- Erosi dan pelapukan batuan litosfer oleh angin (atmosfer) yang mengikis batuan litosfer ke dalam tanah.
- Hewan, akar tanaman, dan mikroorganisme menimbulkan korosi dan memecah batuan litosfer ke dalam tanah (biosfer).
Pada dasarnya tanah berasal dari pelapukan atau bahan anorganik. Transformasi batuan menjadi butiran tanah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Iklim
Proses pembentukan tanah adalah suhu dan curah hujan. Suhu mempengaruhi pelapukan bahan yang mendasarinya.
Pada suhu tinggi, proses pelapukan berlangsung cepat, sehingga pembentukan tanah juga cepat. Curah hujan mempengaruhi kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat membuat tanah menjadi masam (pH rendah).
2. Organisme (tumbuhan dan mikroorganisme)
Organisme sangat mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara sebagai berikut:
Membantu proses pembusukan baik dalam pembusukan organik maupun disintegrasi kimiawi.
Pelapukan organik adalah pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimia adalah pelapukan yang disebabkan oleh proses kimia, seperti batu gamping yang larut dalam air.
Membantu dalam proses pembentukan humus. Tumbuhan menghasilkan dan meninggalkan daun dan ranting yang menumpuk di tanah.
Daun dan ranting diurai oleh mikroorganisme di dalam tanah. Pengaruh tipe vegetasi terhadap sifat tanah sangat penting di iklim sedang seperti Eropa dan Amerika.
Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan merah, sedangkan vegetasi rerumputan dapat membentuk tanah hitam karena tingginya bahan organik yang berasal dari akar dan residu rumput.
Konsentrasi unsur kimia yang terdapat pada tumbuhan mempengaruhi sifat tanah. Misalnya, spesies pohon cemara mengandung unsur kimia yang relatif sedikit seperti Ca, Mg dan K, sehingga tingkat keasaman tanah di bawah pinus lebih tinggi daripada di bawah jati.
3. Bahan Dasar
Bahan dasar terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan) dan batuan metamorf. Batuan induk pecah menjadi bahan induk, kemudian mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topografi/relief
Keadaan relief daerah mempengaruhi perkembangan daerah daratan, misalnya. sebagai berikut:
Lapisan tanah tebal atau tipis.
Daerah yang tanahnya miring dan berbukit menipis akibat erosi, sedangkan daerah yang tanahnya datar merupakan hasil proses sedimentasi. Drainase atau penyiram.
Daerah dengan drainase yang buruk rentan terhadap banjir. Keadaan ini membuat tanah menjadi asam.
5. Waktu
Tanah adalah benda alam yang selalu berubah karena cuaca dan pencucian terus menerus. Karena itu, tanah menua.
Cuaca mineral kaya nutrisi, meninggalkan mineral yang sulit diawetkan seperti kuarsa. Berkat proses pembentukan tanah yang terus menerus, tanah semula berturut-turut menjadi tanah muda, tua dan tua.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"