KONTEKS.CO.ID – Gunung Merapi, yang terletak di DI Yogyakarta, kembali erupsi pada hari Sabtu (11/3/2023). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memberikan informasi terkait erupsi ini.
Erupsi Gunung Merapi terjadi secara relatif sering karena adanya faktor geometri internal system vulkanis. Erupsi sendiri merupakan peristiwa keluarnya magma di permukaan bumi dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda pada setiap gunung api.
Secara garis besar, ada tiga tipe erupsi gunung api yaitu Hawaiian, Strombolian, dan Vulkanian.
Tipe Hawaiian, berasal dari pulau vulkanik Hawaii dengan erupsi lava cair berasal dari kawah dalam waktu yang cukup lama. Lava yang membentuk erupsi tipe Hawaiian ini berjenis basalt dan gunung yang bertipe ini berbentuk perisai.
Tipe Strombolian, berasal dari gunung api Stromboli di Italia dengan ciri erupsi-erupsi kecil dari gas dan fragmen-fragmen atau serpihan magma.
Material yang meletus akan jatuh kembali ke dalam kawah atau hanya pada sekitar bibir kawah. Umumnya, erupsi pada tipe strombolian akan menghamburkan material padat kurang lebih setara dengan material yang mengalir sebagai aliran lava.
Tipe Vulkanian, berasal dari gunung api Vulcano di Italia, erupsi bersifat eksplosif dengan tingkat eksplosivitas dari lemah ke katastropik. Magma yang membentuk erupsi tipe erupsi ini bersifat antara asam dan basa berasal dari andesit ke dasit.
Salah satu ciri dari erupsi Vulkanian yaitu adanya asap yang membumbung tinggi dari atas puncak kemudian melebar menyerupai cendawan.
Asap tersebut membawa abu dan pasir yang akan turun seperti hujan abu dan pasir. Tipe ini berbeda dengan tipe Hawaiian dan Strombolian sebab saat terjadi letusan tidak terjadi aliran lava.
Gunung Merapi termasuk dalam tipe Vulkanian lemah dengan ciri khas adanya peranan kubah lava dalam tiap-tiap erupsinya.
Saat erupsi, Gunung Merapi juga kerap mengeluarkan awan panas yang merupakan aliran suspensi dari batu, kerikil, abu, pasir dalam suatu massa gas vulkanik panas. Masyarakat sering menyebut awan panas ini dengan sebutan Wedhus Gembel.
Material tersebut keluar dari gunung merapi lalu mengalir turun mengikuti lerengnya dengan kecepatan melebihi 100 km per jam sejauh puluhan kilo.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"