KONTEKS.CO.ID – Gunung Merapi adalah gunung api paling aktif di Indonesia yang terletak di Jawa Tengah.
Selain aktif, nyatanya gunung ini menyimpan sejarah panjang serta mitos-mitos yang menyelimutinya sejak keberadaannya 400 ribu tahun lalu.
Gunung Merapi terletak di tiga wilayah administratif yaitu Kabupaten Sleman di DIY, Kabupaten Magelang di sisi barat dan Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur serta Klaten di sisi tenggara.
Periodesasi Sejarah
Berdasarkan penelitian, Wirakusumah dkk membaginya menjadi dua fase, yakni fase Merapi muda dan fase Merapi tua.
Sedangkan menurut penelitian P. Berthommier, periodesasi gunung ini terbagi menjadi empat fase, yakni pra-Merapi, Merapi purba, Merapi pertengahan dan Merapi baru.
Pada fase pra-Merapi sekitar 400 ribu tahun yang lalu, yang ada waktu itu hanyalah gunung Gunung Bibi, berdiri di lereng timur Merapi.
Lalu tumbuh gunung baru setelah Gunung Bibi hancur di sebelah baratnya sekitar 60 ribu tahun lalu. Inilah fase Merapi tua atau purba.
Lelehan pada tahap fase Merapi pertengahan terjadi sekitar delapan ribu tahun lalu, membentuk Bukit Batulawang dan Bukit Gajahmungkur di sisi utara dari puncak.
Pada periode ini, Merapi sudah mengeluarkan lava dan awan panas.
Meskipun erupsi Merapi amat jarang bertipe seperti ini, namun pada periode tersebut juga terbentuk kawah bernama pasar bubrah.
Tahap terakhir yakni Merapi baru mulai sejak dua ribu tahun lalu.
Pasar bubrah yang terbentuk pada periode pertengahan membentuk kerucut di puncak Merapi.
Menurut studi berjudul Menelusuri Kebenaran Letusan Gunung Merapi 1006, gunung ini pernah mengalami letusan pada fase Merapi baru.
Akibat dari erupsi tersebut menyebabkan terkuburnya Candi Sambisari.
Candi Sambisari ditemukan pada tahun 1966 dan berada 6,5 meter di bawah tanah yang tidak lain adalah timbunan lahar dingin Merapi.
Meski telah berulang kali mengalami letusan, Gunung Merapi masih menyimpan mitos kepercayaan masyarakat hingga saat ini.
Mitos Mbah Petruk
Sasyarakat sekitar lereng Merapi memiliki cerita dan mitos yang melekat pada gunung yang sering menyebutnya sebagai Gunung Api.
Salah satu mitos yang masih mereka percaya hingga kini adalah mitos Mbah Petruk.
Mbah Petruk adalah tokoh dalam pewayangan Jawa yang digambarkan sebagai orang tua yang bijaksana dan berhati mulia.
Konon, saat terjadi erupsi wujud Mbah Petruk kerap akan muncul melalui awan panas yang menyerupai tokoh wayang tersebut.
Masyarakat sekitar meyakini bahwa kemunculan Mbah Petruk adalah pertanda akan terjadinya hajat atau Nduwe Ghawe di Gunung Merapi.
Berdasarkan aktivitas vulkanik, para ahli vulkanologi memang sering memantau dan memberikan peringatan dini terkait potensi erupsi.
Namun, bagi masyarakat sekitar, kepercayaan terhadap mitos Mbah Petruk tetap tinggi.
Mereka meyakini bahwa Mbah Petruk adalah simbol dari leluhur yang memberikan peringatan agar masyarakat selalu menjaga kelestarian alam dan tidak merusak lingkungan sekitar.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"